Riau sedari dulunya merupakan lumbung hangat yang diproyeksikan sebagai kawasan perdagangan Internasional. Tercatat dalam sejarah, Riau merupakan salah satu provinsi terdekat dan berbatasan langsung dengan jalur perdagangan Selat Malaka yang mengeliat sebagai Mutiara Putih khususnya beberapa kabupaten di pinggiran perairan. Seiring berjalannya waktu perkembangan perdagangan hingga bisnis lainnya di Riau mulai tumbuh pada titik tertinggi. Jenis usaha kecil menjamur diikuti dengan pengembangan usaha skala besar yang ada. Hal ini tentu dikuatkan dengan persepsi masyarakat Riau yang cenderung konsumtif dan sedikit produktif. Beberapa produk harus didatangkan dari luar Riau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Artikel ini mencoba membahas kesiapan masyarakat Riau dalam invasi modal asing untuk memperkuat perdagangan modern.Â
Seperti yang terlihat saat ini, perkembangan usaha di Riau semakin memanas. Perkembangan tersebut bukan hanya oleh masyarakat Riau saja, tetapi juga oleh masyarakat luar negeri yang datang ke Riau untuk ikut berkompetisi mengembangkan perdagangan segala produk dalam suatu kegiatan/usaha yang ada. Pada posisi ini, masyarakat Riau pada umumnya memerlukan kesiapan mental, motivasi, Â penguatan keuntungan, akses dan pengertian persaingan ekonomi. Usaha Ekonomi Produktif telah tumbuh dan berkembang. Gejolak usaha perdagangan ini menjadi kekuatan yang pasti untuk masuk ke dalam kesejahteraan. Bukan hanya usaha nasional, tetapi juga intervensi kesiapan modal asing yang akan masuk di dalamnya.
Hal pertama yang terpenting saat ini, bagaimana kesiapan. Kesiapan yang dilihat dari segi mental masyarakat untuk menghadapi perdagangan umum berskala besar. Ribuan triliun uang rupiah sedang dipersiapkan untuk kegiatan/usaha skala besar. Lembaga donor luar membuat persiapan matang untuk intervensi nyata ke Provinsi Riau. Berselimut dengan dana swadaya, dana asing dengan leluasa mempengaruhi lembaga masyarakat yang ada di Provinsi Riau. Apabila setiap masyarakat Riau memiliki mental lemah dan cenderung takut bahkan lebih buruknya lagi tidak memiliki mental jujur serta bertanggung jawab, jelas akan kalah dalam persaingan. Hal itu akan memperburuk kondisi ekonomi masyarakat Riau sendiri. Invasi warga asing akan lebih leluasa untuk menguasai.
Selanjutnya yang menjadi parameter, adalah motivasi. Dimana motivasi yang kuat akan mendorong perkembangan perdagangan. Salah satu contoh yang diambil yaitu motivasi komunikasi yang menjadi momok menakutkan bilamana masyarakat tidak menguasainya. Saat ini komunikasi masyarakat, khususnya dalam kontek bisnis belum termanfaatkan secara merata. Komunikasi hanya untuk masyarakat kalangan menengah ke atas, sedangkan motivasi komunikasi dikalangan masyarakat menengah ke bawah belum teraplikasikan secara baik. Kesiapan motivasi dalam kontek komunikasi sangatlah krusial seperti hal sederhana yang kita baca. Sarana tersebut sebagai sumber koneksitas, jaringan kerja, mendatangkan investor dan lobbying.Untuk hal penting tersebut kita bukan hanya harus mempersiapkan komunikasi monolanguage,tetapi juga dengan menggunakan multiplelanguage.Bahasa yang kuat, entah itu Bahasa Indonesia itu sendiri ataupun bahasa inggris yang menjadi Bahasa internasional, khususnya dalam bidang ekonomi masyarakat Riau. Â Â Â Â
Komponen selanjutnya yang menjadi parameter kesiapan intervensi keuangan asing, yaitu sifat bersaing. Pada hakekatnya kita hidup memang saling bersaing antara satu dan yang lainnya. Namun perlu juga disadari bahwa konsep persaingan dalam satu wadah hanya membuat kita berfikir dalam kompetisi sebenarnya. Ego saling mengalahkan dan ingin lebih menang dari orang lain bukan hanya akan membuat kita sama-sama kalah, tetapi juga membuat kita tidak pernah maju khususnya dalam hal perdagangan. Seharusnya masyarakat Riau saling bahu-membahu untuk menumbuhkan kegiatan/usaha serta saling melengkapi satu sama lain. Salah satu komponen perdagangan yang belum tersedia di Riau adalah adanya distributor. Dalam hal ini kita lihat dari salah satu perdagangan tekstil. Sementara ini, di Riau sendiri belum membeludak perdagangan tekstil skala besar. Seperti kita ketahui perdagangan pakaian Indonesia sudah mulai menginvasi hingga ke ASEAN. Barang-barang serta produk yang diproduksi di Jakarta atau lebih tepatnya di grosiran besar seperti, Tanah abang dan Senen. Bukan di Riau, yang cenderung lebih dekat secara jalur dan waktu tempuh.
Kecendrungan kolaborasilah yang menjadi dasar pembeda, sebuah bisnis massal. Akan lebih kuat, saling terpenduhi, dapat melakukan peningkatan ekonomi masyarakat bersama. Masyarakat Riau harus belajar terkait ini, karena kita bukan menguat finansial masing-masing. Kita sama-sama membuat stabilitas ekonomi global, dalam hal ini adalah masyarakat Riau itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi bukan dimana ada orang dengan kekayaan yang berlimpah, tetapi dimana terdapat banyak orang dengan tingkat ekonomi tinggi dan sedikit orang dengan tingkat ekonomi rendah. Â
Akses provinsi Riau tidak bisa dipandang sebelah mata, selain berdekatan dengan negara-negara tetangga provinsi riau juga diuntungkan oleh jalur tranportasi laut Internasional yaitu Selat Malaka. Menurut pengusaha muda Pekanbaru Maizaldi “persaingan yang ada sekarang lebih kearah mengalahkan, kita tidak saling mendukung satu sama lain untuk meningkatkan produktifitas produk dan pemasaran. Hal inilah yang membuat kita monoton dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Tambahnya.
Dapat dilihat dari beberapa aspek di atas masyarakat Riau bisa dikatakan masih belum siap dalam invasi modal asing untuk mendukung perkonomian di Riau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H