Mohon tunggu...
Egi Sunardi
Egi Sunardi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

pedagogy

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Dosen sebagai Pilar Penanaman Nilai Kebangsaan dan Pancasila pada Era Society 5.0

4 Oktober 2024   15:29 Diperbarui: 4 Oktober 2024   15:51 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ilmu pengerahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini berkembang dengan pesat dan sejalan dengan upaya mendorong pemanfaatan dan pembaharuan hasil-hasil tekonologi. IPTEK sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tentang perkembangan teknologi berdasarkan ilmu pengetahuan. Dimana IPTEK dapat menjadi sumber informasi yang bisa meningkatkan pengetahuan alam menjadi wawasan seseorang dalam bidang teknologi. Hal tersebut dapat terjadi Ketika cabang ilmu dapat dikuasai dengan baik untuk mewujudkan teknologi yang berkualitas. Tentunya perkembangan IPTEK mempunyai pengaruh besar dari perkembangan Globalisasi [1], [2], [3]

      Globalisasi sendiri berasal dari kata global yang berarti dunia. Globalisasi bermakna suatu proses masuknya keruang lingkup dunia. Dalam proses tersebut tentu ada dampak positif dan negetif yang diterima. Secara singkat dampak positif yang dapat diterima diantarnaya kemudahan dalam komunikasi, akses transportasi yang lebih luas, mudahnya dalam menggapai informasi dan tentunya masih banyak hal positif yang didapatkan dalam proses globalisasi.  Selain dari dampak positif tentu banyak dampak negatif yang dapat diterima dari proses globalisasi  [1], [2], [3]

      IPTEK dan Globalisasi merupakan elemen penting dalam memperkuat daya saing bangsa di kancah internasional. Namun, jika keduanya berorientasi pada kemajuan semata tanpa diiringi pemahaman nilai-nilai kebangsaan dapat mengikis identitas nasional. Peran dosen dalam hal ini menjadi vital, yaitu memastikan bahwa para mahasiswa tidak hanya cerdas secara akademik dan teknis, tetapi juga memiliki kesadaran akan identitas sebagai warga negara Indonesia.

      Dasar negara Indonesia yang menjadi landasan dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila. Dimana landasan ini merupakan tujuan dan cita-cita yang diharapkan oleh negara. Pancasila terdiri dari dua kata yaitu panca dan sila, panca yang berarti lima sedangkan sila adalah nilai dasar, jadi Pancasila merupakan lima nilai dasar yang digali dari jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Presiden pertama Indonesia menyatakan bahwa Pancasila merupakan isi jiwa bangsa Indonesia secara turun temurun yang berabad-abad terpendam oleh kebudayaan barat terutama saat era kolonialisme. Selanjutnya setelah kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 Pancasila menjadi dasar falsafah dan ideologi negara yang dapat menjadi pandangan hidup sehingga dasar pemersatu serta bagian dari pertahanan Negara. Tentunya dasar negara ini perlu dipertahankan dengan sekuat tenaga agar kehidupan berbangsa dan bernegara tidak melenceng dari cita-cita dan tujuan utama bangsa Indonesia.

      Namun seiring berkembangnya IPTEK dan Globalisasi dengan sifat Pancasila sebagai ideologi terbuka untuk mengikuti perubahan yang terjadi di dalam negeri maupun secara global, tentu ini menjadi tantangan kita dalam mempertahankan nilai-nilai Pancasila. Tentunya kekuatan Pancasila sudah tergambar saat era reformasi dimana modernisasi dan tuntutan untuk melakukan Pembangunan di berbagai bidang dihadapkan pada bangsa Indonesia, tentunya berbagai konflik dan transformasi terjadi di era reformasi dengan bervisi modernisasi dan globalisasi. Namun kedudukan Pancasila tetap kuat dan tidak tergeser dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

      Saat ini Pancasila Kembali di hadapkan pada Globalisasi dimana era society 5.0. Era Society 5.0 merupakan fase yang pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Jepang, dengan konsep utama yang menempatkan manusia sebagai pusat (human-centered) dan berfokus pada pemanfaatan teknologi (technology-based), sambil mempertimbangkan budaya masyarakat yang berkembang pada era revolusi 4.0. Untuk menghadapi tantangan yang dihadirkan oleh Society 5.0, diperlukan gagasan-gagasan baru serta penanaman nilai-nilai Pancasila di dalam masyarakat Indonesia. Hal ini penting agar masyarakat dapat mempertahankan nilai-nilai Pancasila tanpa mengurangi esensinya di tengah perubahan yang terjadi pada Society 5.0 [4].

      Era Society 5.0 bertujuan menciptakan masyarakat yang dapat menikmati hidup dan merasakan kenyamanan dengan memanfaatkan inovasi dari revolusi industri 4.0, seperti Internet of Things, kecerdasan buatan, dan big data, untuk mengatasi berbagai tantangan sosial. Fokus utamanya adalah pada pemanfaatan kecerdasan buatan, yang mempermudah analisis informasi besar dan meringankan beban kerja manusia. Meski demikian, tantangan terhadap nilai-nilai Pancasila tetap ada, dan masyarakat Indonesia perlu beradaptasi agar nilai-nilai tersebut tetap relevan di tengah kemajuan teknologi. Dalam menghadapi era ini, penting untuk mengubah pola pikir dari melihat kekurangan menjadi tantangan, serta mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila agar ideologi bangsa tidak kehilangan jati dirinya dan tetap berfungsi sebagai pedoman hidup [4].

      Peran penting Pendidikan dalam perkembangan era society 5.0 sangatlah banyakkarena perlu untuk memajukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM disamping itu perlu mempertahankan nilai-nilai Pancasila. Peran pendidik ini menjadi sangat penting di berbagai jenjang, mulai dari Pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi, semuanya saling bekerjasama dan berkaitan secara kontinyu.

      Pada Tingkat perguruan tinggi, Dosen memiliki peran penting sebagai pilar penanaman nilai kebangsaan dan Pancasila dalam mencapai tujuan era Society 5.0, dengan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam setiap aspek pendidikan. Pertama, dosen dapat mengajarkan mahasiswa mengenai konsep dasar dan prinsip-prinsip Pancasila melalui mata kuliah yang relevan, seperti Pendidikan Kewarganegaraan dan Etika. Dalam konteks ini, dosen dapat memanfaatkan metode pembelajaran yang interaktif, seperti diskusi kelompok, simulasi, dan studi kasus, untuk mengajak mahasiswa merenungkan dan mendiskusikan nilai-nilai Pancasila serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

      Kedua, dosen perlu membekali mahasiswa dengan keterampilan kritis dan kreatif dalam menggunakan teknologi, termasuk kecerdasan buatan dan big data. Dengan memberikan pengetahuan tentang dampak positif dan negatif dari teknologi, dosen dapat mendorong mahasiswa untuk berpikir secara kritis mengenai bagaimana teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misalnya, dosen dapat mengajak mahasiswa untuk merancang proyek-proyek sosial yang memanfaatkan teknologi untuk menyelesaikan masalah di lingkungan sekitar, sehingga mahasiswa tidak hanya belajar tentang teknologi, tetapi juga menyadari tanggung jawab sosial mereka sebagai warga negara.

      Selanjutnya, dosen juga berperan dalam menciptakan lingkungan akademik yang mendukung diskusi tentang identitas nasional dan tantangan yang dihadapi oleh Pancasila di era globalisasi. Dosen dapat menyelenggarakan seminar, lokakarya, atau kegiatan pengabdian masyarakat yang melibatkan mahasiswa dalam inisiatif berbasis nilai-nilai Pancasila. Misalnya, mahasiswa dapat diajak berpartisipasi dalam program-program yang bertujuan untuk mempromosikan toleransi, kerukunan antarumat beragama, dan kepedulian sosial di masyarakat. Kegiatan ini tidak hanya memperkuat pemahaman mahasiswa tentang Pancasila, tetapi juga memberikan pengalaman langsung dalam menerapkan nilai-nilai tersebut.

      Dosen juga perlu berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta, untuk mengembangkan solusi inovatif bagi permasalahan sosial. Dalam konteks Society 5.0, dosen dapat memimpin penelitian yang berfokus pada penggunaan teknologi untuk memecahkan masalah masyarakat, seperti pengembangan aplikasi yang memfasilitasi akses informasi bagi masyarakat atau inovasi dalam bidang pendidikan yang memanfaatkan platform digital. Dengan demikian, dosen tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai agen perubahan yang menghubungkan dunia akademik dengan kebutuhan masyarakat.

      Secara keseluruhan, peran dosen sebagai pilar penanaman nilai kebangsaan dan Pancasila dalam mencapai tujuan era Society 5.0 melibatkan pengajaran, pengembangan karakter, penciptaan lingkungan akademik yang inklusif, dan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan zaman, sekaligus menjaga dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan mereka.

      Bisa disimpulkan bahwa Peran dosen sebagai pilar penanaman nilai kebangsaan dan Pancasila pada era Society 5.0 sangat krusial dalam menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga memiliki kesadaran yang mendalam akan identitas kebangsaan mereka. Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan kemajuan teknologi, dosen diharapkan mampu mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap aspek pendidikan, baik melalui pengajaran teori maupun praktik. Dengan metode pembelajaran interaktif, dosen dapat mengajak mahasiswa untuk merenungkan dan mendiskusikan nilai-nilai Pancasila, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

      Lebih jauh, dosen juga memiliki tanggung jawab untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan kritis dan kreatif dalam menggunakan teknologi, agar mereka dapat memanfaatkan inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, dosen dapat mengembangkan solusi inovatif yang tidak hanya menjawab tantangan sosial, tetapi juga mempromosikan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, peran dosen sebagai pendidik dan agen perubahan menjadi kunci dalam membentuk karakter bangsa yang kuat di tengah dinamika Society 5.0, dengan harapan bahwa nilai-nilai Pancasila tetap relevan dan menjadi pedoman hidup bagi masyarakat Indonesia.

 

Daftar Rujukan

[1]       N. Kameswari Perbawa, "PERANAN PANCASILA DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI DAN MODERNISASI."

[2]       M. Insya Musa, "DAMPAK PENGARUH GLOBALISASI BAGI KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA," Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) JURNAL PESONA DASAR Universitas Syiah Kuala, vol. 3, no. 3, pp. 1--14, 2015.

[3]       "Mencermati Tantangan Pancasila Sebagai Ideologi Negara Di Era Digital".

[4]       N. Raksa Wigena, M. Dzar Alghifari, N. Rosiana Kamilah, H. Nurhalimah, and R. Gustian Nugraha, "PENGARUH ERA SOCIETY 5.0 TERHADAP NILAI-NILAI PANCASILA YANG MENJADI TANTANGAN MASYARAKAT INDONESIA," Jurnal Kewarganegaraan, vol. 6, no. 1, 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun