Sejak masih kecil kita sudah dididik untuk menjadi orang yang sukses, melebihi tarap hidup orang tua secara materil khususnya. Pendidikan adalah media yang dianggap paling tepat untuk mencapai berbagai kesuksesan tersebut. Orang tua kita bekerja banting tulang untuk menyekolahkan kita di sekolah yang berkualitas baik, sehingga memudahkan kita untuk mencapai sukses itu.
Pada akhirnya ukuran sukses tersebut cenderung diukur dari pekerjaan apa yang didapatkan setelah kita menamatkan pendidikan kita. Apakah nantinya pekerjaan yang kita dapatkan setelah menamatkan sekolah tersebut menghasilkan materi yang sebanding dengan biaya yang dikeluarkan ketika mengenyam pendidikan? Kebanyakan itulah yang dipertimbangkan masak-masak oleh para orang tua dan peserta didik ketika memutuskan untuk memilih sebuah sekolah atau perguruan tinggi.
Maka peserta didik berlomba-lomba untuk mendapatkan kursi dalam sekolah atau perguruan tinggi. Jurusan yang diambilpun adalah jurusan yang sekiranya nanti setelah lulus akan memberikan skill yang dibutuhkan untuk terjun langsung dalam dunia kerja. Seperti itulah para peserta didik diarahkan untuk semata-mata menjadi para pekerja, dan ujung-ujungnya berkutat tentang penghasilan yang didapat dari hasil bekerja itu. Apakah pendidikan hanya berakhir pada dunia kerja yang menuntut penghasilan sebesar-besarnya untuk bisa dikategorikan sukses? Lalu kemana nilai-nilai dari tujuan pendidikan?
Sepertinya dalam masyarakat, tujuan dari pendidikan sudah mengalami pergeseran. Orang-orang mengenyam pendidikan dengan tujuan untuk dapat diterima di berbagai elemen dunia kerja. Dengan kata lain mengenyam pendidikan ujung-ujungnya adalah untuk mendapat pekerjaan yang layak. Tujuan mulia pendidikan seprtinya sudah mulai terlupakan.
Seperti ketika saya lulus SMA dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan mengambil jurusan yang saya kehendaki, pada mulanya muncul berbagai pertanyaan dari orang tua saya. “Mau jadi apa kamu nanti setelah lulus?” Pertanyaan itu yang dilontarkan orang tua saya. Tetapi sepertinya itulah pilihan yang saya sukai, dan saya jalankan saja pilihan itu dengan ikhlas. Setelah saya jelaskan alasan saya memilih jurusan itu, orang tua saya akhirnya malah mendukung pilihan saya itu sebagai pilihan yang terbaik untuk saya.
Sesuatu yang disukai akan lebih maksimal hasilnya jika dikerjakan jika dibandingkan dengan sesuatu yang biasa saja atau bahkan kurang disukai. Kiranya berlaku juga dalam proses pendidikan, sesuatu bidang yang kita sukai akan lebih memberikan peluang terhadap kita untuk mendapatkatkan hasil pendidikan yang maksimal. Otomatis karena kita menyukai bidang tersebut maka berbagai proses yang kita jalani akan terasa menyenangkan serta hasilnya akan lebih maksimal.
Saya mempunyai pikiran bahwa pendidikan kurang tepat atau lebih tegasnya salah, jika tujuan mangenyam pendidikan hanya untuk mendapatkan pekerjaan. Pendidikan hendaklah dilihat sebagai sarana pencerahan intelektual dan moral. Dalam proses pendidikan, fisik dan batin kita dituntut untuk berkembang secara sejajar, tidak hanya intelektualitas saja yang diolah, walaupun sebenarnya untuk mencapai tingkat intelektualitas seringkali kita salah menafsirkan.
Kita sering menganggap sesuatu hasil ingatan adalah intelektual, padahal sebenarnya tingkat inteletualitas bukan dicapai dari hasil ingatan akan data-data bahan pelajaran yang sudah ada, tetapi dari bahan-bahan pelajaran itu dihasilkan pemikiran yang baru lagi.
Moral adalah dasarnya intelektual, dengan moral yang baik kita dapat menggunakan intelek secara lebih efektif serta tidak merugikan individu lain. Untuk itulah hakikatnya proses pendidikan dilaksanakan. Tidak hanya melulu masalah intelektual atau skill yang ditekankan, tetapi aspek moral juga harus mendapatkan perhatian sebagai dasar atau pengendali intelek yang akan sangat penting dalam mempengaruhi perkembangan sebuah peradaban manusia.
Jika kita sadar akan nilai-nilai tujuan pendidikan, maka kita tidak akan terbentuk menjadi individu-individu yang mencintai hanya uang. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa materi adalah sesuatu yang penting di dunia, tetapi menempatkan materi sebagai aspek terpenting dalam kehidupan adalah kegiatan yang sia-sia.
Sepertinya pandangan kita untuk menentukan sikap yang benar-benar tepat dalam menyikapi pendidikan harus diubah. Tidak lagi menganggap pendidikan sebagai jembatan untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi lebih ke bagaimana proses pendidikan itu berlangsung dan nilai-nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan, yang pada akhirnya akan menjadikan manusia sebagai individu yang terdidik secar moral dan intelektual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H