Mohon tunggu...
Egi Idris
Egi Idris Mohon Tunggu... -

saya ga banyak komentar dah!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pengen Kaya Kok Jadi Politikus!

27 September 2012   07:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:36 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seperti yang ada di benak masyarakat tentang kehidupan sosial di Negara Indonesia, dimana apapun itu serba tanggung dan tidak jelas. Memang sudah menjadi kebiasaan yang sudah menjadi tradisi sih jika melihat fenomena korupsi, kolusi, nepotisme, dan lain sebaginya. Ketenaran artis yang sudah merasuk pada sendi-sendi pemikiran masyarakat kita akibat peran yang dilakukannya di dalam sebuah film juga telah menjadi semakin jitunya senjata dalam kancah perpolitikan, coba aja kita tengok di gedung DPR sana banyak sekali angota DPR yang backgroundnya itu dari kalangan artis yang sudah familiar dalam pefilman Indonesia. Ini adalah fenomena yang menjadi kegelisahan tersendiri dalam hati nurani masyarakat kita karena ketika orang yang ga ahli dalam bidangnya kemudian mengerjakan sebuah pekerjaan, bisa dibayangkan gimana jadinya? Walaupun memang dapat menyelesaikan pekerjaannya, tetapi bisa sedikit disimpulkan bahwa pekerjaan yang dihasilkan kan ga terlalu maksimal tuh. Jangan membayangkan bahwa Negara kita ini seperti kehidupan yang ada di dalam sebuah film, yang menggambarkan banyak hayalannya dari pada kondisi riilnya yang ada di dlam kehidupan masyarakat kita.

Rakyat kecil pada rebutan lapak kaki limanya di jalan-jalan raya sampai pasar karena saking ga sempitnya lapak untuk penjualan, dan bukan hanya kaki lima aja yang berebut lapak tapi para artis yang sudah mapan juga pada rebutin lapak untuk menjadi anggota dewan, Gubernur, Bupati, tapi kalo jadi ketua RT kayanya ga pada minat kali. Seperti yang digambarkan di dalam film "KENTUT", banyak sekali sindiran-sindiran yang menghujat terhadap pemerintahan kita tentang budaya korupsi, kolusi, nepotisme, dan lain sebagainya. Sangat kompleks banget sumpah bos! Hanya bermodal tenar lewat televisi tetapi bisa menjadi pejabat, jangan-jangan Indonesia mau dibuat fim documenter yang mengisahkan negeri makmur, adil, sejahterah, aman, tentram sentosa, namun di dalam cerita filmnya itu menggambarkan tentang Negara yang serba tanggung, gak jelas, hukum diselewengkan, keadilan yang hanya di negeri dongeng, saling berebut kekuasaan untuk memperkaya diri, menjalin hubungan dengan pihak asing untuk mengorbankan sumber daya alam dan manusia negaranya, dan lain-lain deh!.

Track record yang menjadi bahan untuk menimbang dan memutuskan untuk memilih orang yang mencalonkan diri untuk menjadi pemimpin adalah sebuah keharusan pada setiap masyarakat Indonesia, jangan sampai masyarakat kita tertipu dengan peran yang dimainkan di dalam sebuah film, karena film hanya karangan fiksi belaka yang ga terjadi di dalam kehidupan Negara kita yang carut marut ini. Apalagi yang salah kaprah jika politik dijadikan ajang untuk mencari kekayaan, waduh... ini sudah melenceng dari idealisme seorang politikus nih! Yang sangat menjengkelkan kan permasalahan perubahan paradigma bahwa jika ingin mencari kekayaan jadi politkus, ini kan yang membuat semakin merebaknya kasus korupsi dan pernah habis-habis, kalau ingin kaya jadi pengusaha BUNG!.

Pantas saja permasalahan sosial dinegara kita begitu ruwed dan semrawutnya, karena ya itu tadi lapaknya pedagang kaki lima diserobot sama rumah singgahnya pekerja sex komersial, tanah yang dikhususkan untuk daerah penghijauan dibangun gedung-gedung yang tinggi, harusnya pejabat yang menjabat sebagai pemerintah adalah orang-orang yang didesain khusus menjadi politikus malah para artis yang membintangi film. Harusnya kan ga seperti ini coy! Kalaulah memang negeri ini didesain untuk kepentingan masyarakat agar sejahterah ya garap aja sumber daya alam yang melimpah ini, contohnya kita berdayakan para petani kita untuk menggarap sawah agar menghasilkan lumbung padi dan bila perlu garap di sector perikanan dan kelautan, kan Negara kita Negara kepulauan terbesar di dunia. Jangan sampai beras impor, ikan impor, bahkan sampai garam pun kita impor katanya.

Beginilah istilahnya jika politik yang dijadikan lahan profit sampai-sampai pejabat sibuk mencari proyek Negara untuk kemudian dikorupsi secara berjamaah, makanya KPK sampai kebingungan untuk menyelesaikan kasus korupsi yang jumlahnya banyak tersebut, denger-denger sih ketua KPK yaitu Bapak Abraham Samad udah ngeluarin keberaniannya mengungkapkan untuk mengundurkan diri jika ada UU tentang kewenanangan KPK ada yang dihapuskan. Inilah yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin untuk berani mengundurkan diri jika sudah ga sanggup lagi memimpin institusi atau negaranya, bukannya malah mempertahankan diri untuk tetap berada di kursi kekuasaan yang ujung-ujungnya korupsi besar-besaran.

Paradigma yang telah merasuk sendi pemikiran para calon pemimpin untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya telah menjadi problema tersendiri mengingat orientasinya seorang pemimpin itu harusnya mensejahterahkan masyarakatnya atau memajukan negaranya bukannya Negara dijadikan ladang bisnis." TOLONG PAK! NEGARA KITA BUKAN KUE BOLU", dimana hanya orang-orang tertentu aja yang bisa nikmatin!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun