Mohon tunggu...
Egi Idris
Egi Idris Mohon Tunggu... -

saya ga banyak komentar dah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Agama dan Modernisasi

18 Desember 2012   16:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:25 4705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seringkali modernisasi diartikan sama denga westernisasi. Meskipun modernisasi memang lahir dari rahim masyarakat Barat. Tapi, dalam pengertian ini, modernisasi harus diartikan sebagai sebuah proses kemajuan diberbagai sektor, baik dalam teknologi, pengetahuan, dan intelektual, bukan lagi sebagai westernisasi yang segala bentuk itu menjadikan gaya Barat sebagai tolak ukur.

Westernisasi, saat ini sudah menjadi gaya hidup masyarakat negara berkembang, termasuk di Indonesia. Masuknya paham ini tidak lain hanyalah sebagai proses hegemoni negara maju untuk menjadikan budak-budak baru, terutama lewat fashion. Pendeknya daya kritis masyarakat terhadap budaya baru ini dapat melunturkan budaya masing-masing negara yang mengikutinya. Nilai-nilai budaya yang sudah hilang inilah kemudian menciptakan masyarakat yang pragmatis. Sehingga terjadinya alienasi, dehumanisasi semakin dirasakan. Tidak hanya nilai budaya yang mulai luntur, namun nilai-nilai agama, hubungan trasendental antara yang profan dan sakral semakin surut. Sehingga kecenderungannya adalah kenyamanan dunia dan sifat materialistik diuatamakan.

Proses perubahan budaya inilah yang secara tidak sadar dikonsumsi oleh masyarakat dunia ketiga. Menganggap “kuno” budayanya sendiri ditambah dengan mudahnya budaya westernisasi masuk melalui media masa sehingga menciptakan degradasi budaya itu sendiri .

Perbedaan sempit antara westernisasi dan modernisasi ini membuat pandangan sebagaian kalangan sebagai budaya yang membahayakan. Dampak positif dan negatif memang akan selalu ada disetiap berkembangnya budaya yang diterima oleh masyarakat kita. Akulturasi budaya menjadi sangat riskan akan hilangnya budaya sendiri.

Meskipun demiakian, bahwa bukan modernisasilah yang seharusnya dihindari tetapi westernisasi, namun konstruk masyarakat sangatlah kuat, menetapkan westernisasi itu tidak lain adalah modernisasi.Sehingga muncullah anggapan-angapan melenceng dengan adanya modernisasi. Yang sebenarnya modernisasi adalah sebuah keadaan yang mencoba merasionalkan (Weber) segala sektor, termasuk agama.

Banyak kecemasan yang dialami masyarakat saat ini dengan datangnya modernisasi sejak abad ke-17. Pecahnya revolusi Ingris dan revolusi Prancis seolah menjadi babak awal kecemasan itu terjadi.Kecenderungan masyarakat yang semakin materialistik, pemisahan agama dan hal yang duniawi (sekulerisme) dan banyak lagi gejala yang menandakan kehancuran zaman yang diakibatkan modernisasi.

Ada sejarah kelam yang dialami beberapa agama (Katolik) yang terjadi di Roma. Dominasi gereja yang melegitimasi segala sektor di saat itu. Kekolotan agama Katolik waktu itu yang menolak segala hal yang Ilmiah, serta pembunuhan terhadapa beberapa Ilmuawa yang melawan dogma gerja yang ditetapkan, sebut saja Copernicus. Dari peristiwa kelam inilah yang kemudian melahirkan pemikiran, bahwa, agama tidak boleh mencampuri hal non-transendntal.

Sebenarnya, perjalanan modernisasi tidak hanya terjadi pada abad ke-17, sebelum abad itu, banyak kemajuan-kemajuan yang terjadi, meskipun bukan dalam hal teknologi.Kemajuan yang dialami Islam, misalnya, ketika ditemukannya Ilmu Sosial yang dijabarkan secara detail oleh Ibn Kholdun dan banyak Ilmuwqan lainnya yang menemukantemuan-temuan baru misalnya seperti pembuatan irigasi ketika terjadinya perang salib di Yarusalem.

Namun saya akan memfokuskan dampak sekularisasi yang merupakan capaian modernisasi?

Sekularisasi adalah sebuah isme yang memisahkan peran agama dengan hubungan dunia. ada pemisahan yang jelas antara yang sakral dan yang profan. Sehingga tidak boleh dicampuradukkan antara keduanya.

Namun yang perlu kita perhatikan saat ini, kemajuan pesat teknologi, sistem pasar bebas, hedonisme sudah mendunia dan seolah tidakbisa dihindarkan. Terutama yang perlu kita perhatikan dengan adanya sekularisasi ini adalah semakin merosotnya moral budaya dan agama kita sendiri (dunia ketiga). Proses kemajuan yang diinginkan moderniasasi malah semakin memisahkan manusia dengan manusia (dehumanisasi), manusia menjadi komoditas yang siap diperjualbelikan. Dalam hal inilah kemudian modernisasi perlu dikritisi dan harus diselesaikan seperti apa yang diungkapkan Habermas.

Kemajuan teknologi di masyarakat bukan lagi hal yang sulit kita temui, perkembangan teknologi ini mulai teraktualisasi melalui media elektronik, seperti Handphone, Internet, Televisi, dll. Masyarakat semakin mudah mengakses informasi dari dunia luar. Meskipun pada fungsi normatifnya, penemuan teknologi ini adalah untuk mempermudah masyarakat untuk menambah wawasan, pengetahuan dan informasi yang berguna. Namun pada perjalananya, di dalam kemajuan elektronik itu malah menjerumuskan masyarakat ke dalam hal-hal yang merugikan. Misalnya, maraknya situs porno di Internet.

Sistem ekonomi yang ditawarkan oleh negara maju sangat mudah masuk kedalam negara maju. Berkembangnya Liberasisme yang membebaskan individu untuk mengembangkan modal dan merugikan yang tidak punya modal. Dengan sistem ini kemudian masyarakat tergolong ke dalam kelas-kelas masyarakat (Marx), ada yang kaya untuk mengekploitasi yang miskin.

Seperti di atas itulah potret masyarakat yang saat ini terjadi. Ekonomi kerakyatan, budaya lokal semakin dirasakan menjadi hilang. Peran negara yang sudah menghilang karena birokratnya menjadi antek didalamnya semakin menjelskan fenomena yang diakibatkan modernisasi melalu anak kandunganya yaitu sekularisasi. Bahkan melalui paham ini, agama tidak mencampuri urusan agama. Agama dan negara harus berjalan masing-masing.

Di manakah peran agama? Atau dampak terhadap agama?

Banyak anggapan masyarkat bahwa ketika kita masih berpegang kepada agama maka kita akan ketinggalan zaman. Klaim universal ini semakin menjadi tombak masyarakat itu sendiri. Anggapan bahwa agama hanyalah penghalang untuk menjadikan masyarakatnya untuk bersaing. Padahal di dalam agama anjuran untuk menjadi maju dan berkembang itu sudah tertulis dalamkitab suci (Al-Quran).

Kasus diatas yang menjadi kecemasan dan mendegradasikan nilai-nilai agama dan budaya memerlukan adanya regulasisasi penafsiran terhadap teks agama. Perlu adanya reaktulisasi nilai agama untuk mencegah kelunturan budaya di atas. Ironisnya, saat ini agama memeberikan perlawanan radikal terhadap modernisasi di atas. Di dalam Indonesia, ada kelompok fundamental yang bersikeras mengembalikan kepada ajaran Islam yang berbasiskan budaya Arab.

Peran agama seharusnya bukan memberikan perlawanan radikal, melainkan dengan yang saya sebuatkan di atas, perlu adanya penafsiran yang sesuai dengan zaman yang saat ini kita hadapi, reaktualisasi nilai-nilai agama yang humanis. Sehingga agama tidak lagi mencerminkan keotonomiannya melainkan memberikan keleluasaan untuk mengembangkan diri sesuai nilai agama dan budaya dimana agama masyarakat itu berada.

Namun dalam sisi lain, agama harus menekan laju modernisasi ini dengan memebrikan batasan-batasan yang objektif.Keobjektifan ini harus universal, mampu diterima oleh masyarakat, bahwa spirit agama atau nilai agama lebih mampu menjadikan manusia menjadi manusia, misalnya dengan menekan laju sistem kapitalis dan menggantinya dengan jual beli yang di contohkan agama (Islam).

Sehingga dapat saya simpulkan, bahwa adanya kontruksi kesamaan antara westernisasi dan modernisasi yang harus dibedakan secara signifiukan. Modernisasi mempunyai hubungan salingketerkaitan dengan agama.Modernisasi dengan adanya sekularisasi akan mengkerdilkan agama dan disatu sisi mersionalkan agama kedalam kehidupan yang tidak hanya berkecimpung dalam hubungan vertikal. Dan juga, agama harus menkontrol arus zaman ini, dengan adanya reaktualisasi nilai-nilai agama yang terkadung dalam teks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun