Idealisme dalam Ilmu Hubungan Internasional sering kali melihat dunia berdasarkan pemikiran sendiri, ada yang beranggapan juga bahwa Idealisme itu adalah suatu pengetahuan dan juga moral. Fokus utamanya pada nilai-nilai perdamaian, kerjasama, dan juga keadilan global. Idealisme berpendapat bahwa negara-negara dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama tanpa bergantung pada kekuatan militer, meskipun seringkali dianggap terlalu optimis dalam menghadapi realitas politik yang kompleks. Poin utama Idealisme mencakup keyakinan bahwa niat baik suatu negara dapat dipercaya dan kerjasama dapat mengurangi konflik.
Salah satu konflik yang terjadi adalah Perang Irak, dimana AS melakukan invasi ke negara Irak. Hal ini dilatar belakangi atas tuduhan bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal, seperti senjata kimia dan biologis. Pemerintah AS, bersama dengan sekutunya mengklaim bahwa Saddam Hussein menyembunyikan senjata-senjata ini dan berpotensi menggunakannya untuk mengancam keamanan dunia. Invasi juga di justifikasi sebagai upaya untuk memerangi terorisme, terutama setelah serangan 11 September 2001 di AS. Pemerintah AS menghubungkan rezim Saddam Hussein dengan kelompok terorias Al-Qaeda, meskipun bukti yang mendukung klaim ini sangat lemah. Dalam Kasus Irak, Idealisme gagal memprediksi terjadinya konflik berskala besar dan kompleksitas situasi setelah invasi. Â Asumsi bahwa demokrasi akan dengan mudah berakar di Irak dan bahwa negara itu akan menjadi model bagi negara-negara lain di Timur Tengah terbukti terlalu optimistis. Kritikus berpendapat bahwa negara-negara Barat, termasuk AS, seringkali menerapkan standar ganda dalam mempromosikan demokrasi dan hak asasi manusia. Mereka akan melakukan intervensi militer di negara-negara tertentu, namun mengabaikan pelanggaran serupa di negara-negara lain yang memiliki kepentingan strategis bagi mereka. Negara-negara besar cenderung bertindak berdasarkan kepentingan nasional mereka, dan idealisme seringkali tidak mampu menjelaskan atau mencegah tindakan agresif seperti invasi. Meskipun idealisme menghadapi tantangan serius, para penganutnya tetap meyakini bahwa kerja sama internasional dan institusi global memiliki peran penting dalam menciptakan dunia yang lebih damai dan adil. Idealisme menekankan pentingnya memperkuat sistem hukum internasional dan memastikan bahwa semua negara, termasuk negara-negara besar, tunduk pada hukum tersebut. Idealisme juga menekankan pentingnya meningkatkan kerja sama internasional dalam mengatasi masalah-masalah global seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan penyakit menular. Idealisme percaya bahwa nilai-nilai universal seperti demokrasi, hak asasi manusia, dan keadilan sosial harus terus dipromosikan
Selain Invasi AS, juga terjadi Krisis pengungsi Suriah. Krisis pengungsi Suriah merupakan salah satu krisis kemanusiaan terbesar di abad ke-21. Konflik bersenjata yang dimulai pada tahun 2011 telah menyebabkan jutaan orang mengungsi baik di dalam maupun di luar negeri. Perang saudara ini memicu kehancuran infrastruktur, kelangkaan pangan, dan pelanggaran hak asasi manusia secara massal. Akibatnya, jutaan warga Suriah terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan di negara-negara tetangga seperti Turki, Lebanon, dan Yordania, atau bahkan lebih jauh ke Eropa. Idealisme beranggapan bahwa, Krisis pengungsi Suriah mengungkap kelemahan sistem internasional dalam menanggapi krisis kemanusiaan yang kompleks. Negara-negara yang seharusnya bekerja sama untuk mengatasi krisis ini justru seringkali memprioritaskan kepentingan nasional mereka sendiri. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, idealisme tetap relevan dalam menawarkan solusi untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang kompleks ini. Dengan memperkuat kerja sama internasional, mempromosi hak asasi manusia, dan mencari solusi politik yang damai, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik bagi para pengungsi Suriah.
Teori idealisme perlu terus dikembangkan dan disesuaikan dengan realitas dunia yang terus berubah. Kita perlu mencari cara untuk menggabungkan prinsip-prinsip idealisme dengan realisme politik, sehingga dapat membangun tatanan dunia yang lebih adil dan damai. Hal ini membutuhkan upaya kolektif dari negara-negara, organisasi internasional, dan masyarakat sipil untuk mempromosikan nilai-nilai universal, memperkuat kerja sama internasional, dan membangun institusi global yang lebih efektif.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H