Mohon tunggu...
Egi Sukma Baihaki
Egi Sukma Baihaki Mohon Tunggu... Penulis - Blogger|Aktivis|Peneliti|Penulis

Penggemar dan Penikmat Sastra dan Sejarah Hobi Keliling Seminar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Solusi dan Inovasi dari Balitbang PUPR Guna Mengatasi Kemacetan di Ibu Kota

17 Desember 2015   23:36 Diperbarui: 18 Desember 2015   00:51 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kemacetan . Sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/03/09-(1)/Kemacetan-Jakarta-Makin-Lemahkan-Produktivitas-Pel"][/caption]Setiap tahun penjualan dan pembelian kendaraan terus mengalami peningkatan. Gelombang urbanisasi yang selalu terjadi setiap tahun, menjadi rutinitas setiap selesai masa libur lebaran. Fenomena tahunan itu membuat jumlah penduduk di perkotaan khususnya di Ibu Kota Jakarta bertambah setiap tahun, dan menjadi membeludak. Hal tersebut didasari karena keinginan masyarakat mengadu nasib di Jakarta, yang menjadi pusat pemerintahan, pusat perkantoran karena faktor itulah yang membuat pertumbuhan penduduk juga terpusat di kota Jakarta.

Persoalan kemacetan seperti menjadi momok bagi perkotaan yang menjadi pusat segala sesuatu dan tengah berkembang dari segi pembangunan dan ekonomi. Pemerintah Daerah terus mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan kemacetan. Berbagai inovasi  dan terobosan terus dilakukan agar setidaknya dapat mengurangi volume kendaraan. yang menjadi salah satu penyebab macet. Di antaranya dengan membuat kebijakan pajak kendaraan yang tinggi, pengurangan jumlah kendaraan, jalur-jalur khusus yang hanya dapat dilalui pada waktu tertentu saja, memperbanyak transportasi asal seperti Busway atau Trans Jakarta yang sedikit mengurangi masyarakat membawa kendaraan pribadi.

Banyaknya kendaraan pribadi membuat kemacetan di jalan-jalan. Sementara itu resiko dari kemacetan adalah kecelakaan, terlambat masuk sekolah dan terlambat masuk kantor. Bagi anak sekolah mungkin harus berangkat pagi hari sekali jika tidak ingin terjebak macet. Dalam kondisi macet pun, Ambulans yang membawa orang sakit atau jenazah juga mau tidak mau terjebak dalam kemacetan.

[caption caption="Para Narasumber Saat Kompasiana Nangkring Bersama Kementerian PUPR. Dok. Pribadi"]

[/caption]Kemacetan membuat sebagian dari kita tidak dapat mengontrol diri. Emosi yang menggebu, perasaan yang kacau dan kesal, dan terburu-buru membuat kita gampang emosi. Apalagi saat melihat orang yang tiba-tiba menyalip dan tidak mengantri. Kemacetan yang memakan waktu sangat lama menghabiskan energi kita dan membuat kita hanya berdiam saja di kendaraan yang kita naiki. Jika Siang harus macet tentu harus menguras keringat, jika hujan harus rela hujan-hujanan dan masuk angin khususnya bagi pengendara sepeda motor.

Setiap jam masuk kerja, jam istirahat dan jam pulang kerja berbagai ruas jalan dan gang-gang di Jakarta penuh sesak oleh antrian kendaraan yang membeludak. Pemandangan padatnya jalan-jalan besar bahkan ke pelosok gang penuh dengan antrian kendaraan yang padat menjadi rutinitas kita sehari-hari yang sering kita jumpai bahkan kita alami. Kemacetan membuat sebagian orang memilih berangkat kerja pagi-pagi sekali bahkan dan rela pulang lebih  malam guna menghindari kemacetan.

Setiap orang dalam lingkup keluarga sepertinya masing-masing memiliki kendaraan. Misalnya suami membawa mobil sendiri ke kantornya, kemudian istrinya membawa mobil yang lain untuk berbelanja, sementara sang anak membawa mobil yang  satu lagi untuk pergi ke Kampus. Kita sering mendapati dalam satu rumah saja sudah berjejer dan terpampang banyak kendaraan, bagaimana jalan di Jakarta ini tidak penuh sesak?

Solusi yang ditawarkan adalah pembatasan kepemilikan kendaraan. Bahkan pemerintah sempat menaikan pajak pembelian kendaraan bagi orang yang sudah memiliki kendaraan. Permasalahan yang timbul kemudian apakah pemerintah berhak membatasi pembelian kendaraan seseorang? Karena mau tidak mau orang itu yang memegang uang dan mempunyai hak untuk menggunakannya sesuai dengan keinginannya.

[caption caption="Hadirkan Solusi Seiring Inovasi. Dok. Pribadi"]

[/caption]Jika Pemerintah Daerah menggalakan masyarakat untuk menggunakan kendaraan transportasi masal misalnya saja Busway atau Trans Jakarta, tentu saja kenyamanan dan fasilitasnya harus dipersiapkan secara matang. Menurut saya, orang akan berpindah ke kendaraan umum jika kendaraan tersebut tidak ugal-ugalan, tidak berbau, membuat nyaman penumpang dan tentu bebas macet. Jika Busway tidak bebas dari macet  mungkin para pemilik kendaraan pribadi akan berpikir lebih baik menggunakan kendaraan pribadi yang membuat mereka nyaman karena memakai Busway atau Trans Jakarta  juga terjebak macet.

Menyikapi persoalan kemacetan seperti yang telah dipaparkan di atas, Balitbang PUPR menghadirkan solusi seiring inovasi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat dan perkotaan untuk mengikis perlahan permasalahan kemacetan. Ada beberapa produk solusi dan inovasi yang Balitbangg PUPR persembahkan kepada masyarakat yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat untuk menghadapi atau saat mengalam kemacetan, yaitu:

Ruang Henti Khusus (RHK) Sepeda Motor di Persimpangan Bersinyal. Sebagian dari kita mungkin pernah mendapati di persimpangan lampu lalu lintas di permukaan jalannya berwarna merah dan terdapat gambar seseorang yang mengendarai sepeda motor. Kita tidak perlu bingung, karena itu merupakan inovasi dari Balitbang PUPR guna mengurangi penumpukan sepeda motor di bahu jalan dan persimpangan jalan yang terkadang menghalangi ruang gerak pejalan kaki. RHK  adalah tempat khusus sepeda motor untuk menunggu ketika lampu merah menyala dan bergerak lebih awal pada saat lampu berubah menjadi hijau.

[caption caption="Ruang Henti Khusus (RHK). Sumber: http://pu.go.id/galeri/photo/15/Ruang-Henti-Khusus-Kendaraan-Roda-Dua"]

[/caption]Fasilatas atau Fasilitas Lalu Lintas Jalur Pejalan Kaki, Sepeda, Sepeda Motor, dan Mobil. Kemacetan dapat terjadi karena tidak ada keteraturan kendaraan. Sehingga Balitbang PUPR memandang perlu adanya pengelompokan ruas jalan sesuai jenisnya masing-masing guna mengurangi kemacetan. Maka dibuatlah pemisahan (segregasi). Di setiap jalan terdapat empat lintasan. Ada jalur khusus untuk sepeda yang biasanya berada di jalur kiri, yang digunakan khusus pengendara sepeda. Di samping kanan jalur sepeda, terdapat jalur khusus sepeda motor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun