Bencana Gempa yang kemudian disusul dengan Tsunami di Sulawesi Tengah telah mengagetkan semua pihak. Tsunami telah melumpuhkan beberapa wilayah di Sulawesi Tengah seperti Palu, Donggala dan Sigi.
Ada begitu banyak bangunan yang rusak bahkan hancur, akses seperti jalan juga tidak bisa dilewati, juga ada banyak saudara kita yang terluka hingga menghilang belum diketahui keberadaannya. Semuanya lumpuh total di saat bencana ini telah terjadi. Listrik juga padam dan kondisi duka masih menyelimuti banyak orang.
Banyak pihak ikut andil dalam upaya untuk menangani bencana tersebut. Pertamina misalnya sebagai bagian dari tiang peyangga kehidupan berbagai sektor harus cepat tanggap merespon kondisi yang terjadi agar kebutuhan masyarakat dapat terlayani.Â
Meski tidak dipungkiri, saat bencana itu terjadi, banyak fasilitas milik Pertamina di Sulawesi Tengah yang rusak dan ada beberapa orang pegawai Pertamina pada saat itu belum diketahui keberadannya.
Saat bencana terjadi, Pertamina langsung mengaktifkan Crisis Center. Sehari setelahnya Pertamina mengirimkan relawan dan bantuan logisitik menuju Sulawesi Tengah. Bantuan yang diberikan tidak sekadar uang tunai, tapi juga berupa makanan dan obat-obatan.Â
Tidak hanya menyalurkan pasokan BBM dan LPG dari luar Sulawesi, Pertamina di lokasi bencana juga berusaha mencari SPBU yang masih bisa digunakan untuk melayani masyarakat. SPBU yang dibuka juga dapat diakses 24 jam agar lebih leluasa melayani kebutuhan masyarakat.Â
Selain itu, Pertamina juga menghadirkan SPBU portable dan mobile dispenser agar proses penyaluran dan pelayanan BBM dapat dengan mudah dilakukan di kawasan bencana.
Baru setelah sampai di dermaga atau pelabuhan, bahan bakar itu kemudian didistribusikan menuju SPBU yang ada. Namun bencana telah membuat medan darat menjadi sulit dijangkau.
Ketersediaan pasokan BBM dan LPG berusaha diamankan oleh Pertamina untuk mempermudah para relawan yang ada di kawasan bencana dalam melakukan aktivitasnya juga untuk melayani kebutuhan para korban bencana. Dengan tersedianya BBM maka kendaraan berat yang tengah mengevakuasi jenazah para korban dari reruntuhan atau timbunan tanah dapat dilakukan.Â