Mohon tunggu...
Harmegi Amin
Harmegi Amin Mohon Tunggu... Jurnalis -

Sederhana & Apa Adanya :-)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kaum Muda di Pentas Politik; Berkah atau Bencana?

29 Oktober 2014   06:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:20 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

*Harmegi Amin

Jatuhnya rezim orde baru 21 Mei tahun 1998 tak hanya ditandai dengan berubahnya wajah birokrasi pemerintah, tetapi juga dengan munculnya wajah baru parlemen pusat maupun daerah.  Wajah baru itu adalah kaum muda . Setelah kurang lebih 32 tahun lamanya pemuda atau kaum muda relatif kosong megisi pentas politik Indonesia di bawah rezim otoritarian penguasa orba, tiba-tiba saja jadi sok dan waoh di jagat politik.  Anak muda pun kian gencar melakukan aktifitas perpolitikan hingga kini jelang dua dekade bergulirnya era reformasi pasca gerakan 98 dan orde reformasi berjalan senantiasa dinamis kian menjanjikan. Mereka yang sebelumnya dengan nada lantang dan tegas meneriakan perubahan rezim kini telah beramai-ramai mengambil posisi di berbagai tingkatan dan warna politik hari ini.  Sebenarnya, kekita kita flashback jauh kebelakang, sejarah dinamika perpolitikan Indonesia tak bisa dilepaskan dari kalangan muda. Para founding fathers bangsa kita, sebut saja Soekarno, Hatta, Syahrir dan Natsir adalah sosok muda yang membuktikan kiprahnya di ranah politik pra dan pasca kemerdekaan. Sehingga perlu digaris bawahi bahwa dalam jagat politik bangsa ini pengaruh dan peran kaum muda memang tidak bisa dinafikan kerap memberi warna dalam gerak dan arah bangsa. Namun, di zaman otoritarian orde baru, kaum muda nampaknya cenderung pasif dan nyaris tak pernah tampil di didepan pentas politik praktis dan justru kebanyakan berada berteriak di luar parlemen. Beruntunglah rezim orde baru dapat disudahi sehingga angin segarpun mulai menghembuskan aroma baru akan lahirnya para politisi muda dalam peta perpolitikan nasional maupun lokal. Dan kini benar telah terbukti, bahwa setelah enam belas tahun reformasi bergulir, jagat politik tanah air semakin riuh dengan munculnya berbgai macam pemikiran dan daya inovatif yang dibawah oleh kalangan muda bangsa ini. Berbagai macam lontaran ide, serta kerja inovatif yang pada umumnya digagas oleh para politisi muda ini telah membawa ruang yang sangat luas kepada dialektika politik secara langsung dan mempunyai dampak besar pada kematangan demokrasi berbangsa dan bernegara. Karena itulah, apresiasi positif nampaknya harus kita sematkan kepada para politisi muda negeri ini.   Sederet nama tokoh muda pun patut menjadi catatan era politik masa kini, sebut saja misalnya Puan Maharani, Edi Baskoro Yudhoyono, Fadli Zoon, Anas Urbanigrum, Fahri Hamzah, Budiman Sujatmiko dan tokoh muda lainnya yang kini turut serta mewarnai panggung perpolitikan pacsa orde baru. Dalam konteks lokal misalnya, di Sulbar kita tahu dan mengenal sejumlah politisi muda antara lain Muhammad Asri Anas, dan Iskandar Muda Baharuddin Lopa (anggota DPD-RI Perwakilan Sulbar), Suraidah Suhardi, Munandar Wijaya, Suksri Umar dan masih banyak lainnya. Para politisi muda yang kian hari secara kuantitas kian bertambah, dan tentu diharapkan semakin kreatif-inovatif dalam mendorong kemajuan daerah bangsa dan negara, tentu saja rakyat semakin besar menaruh harapan kepada mereka. Dan tentu tak dapat pula dipungkiri bahwa rakyat kian menaruh kepercayaan kepada mereka para politisi muda itu karena terbukti rakyat memberi mandatnya duduk di parlemen. Alasannya jelas, politisi muda relatif masih sangat segar, kuat dan memeliki daya mobilitas tinggi terhadap upaya perjuangan kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat yang diwakilinya serta yang lebih utama kaum muda selalu bicara lantang soal cita-cita masa depan dengan instrumen idealisme pemuda. Pemuda dalam konteks ini, telah mendedikasikan diri sebagai agent of change sekaligus pemilik tunggal masa depan daerah bangsa dan negara. Terlepas dari dinamika baru perpolitikan tanah air pasca orde baru dan hadirnya dominasi pemuda dalam perpolitikan Indonesia,  telah muncul pula berbagai macam argumentasi dan persepsi publik soal kaum muda di pentas politik. Ada hal menarik yang perlu dicermati, yakni ketika seorang pemuda yang lahir dan besar dari gerakan mahasiswa telah sukses dengan stategi sangat brilian menduduki tahta tertinggi dalam sebuah partai politik penguasa pemenang mayoritas pemilu tahun 2009 lalu. Ialah Anas Urbanigrum, tokoh muda sekaligus icon perjuangan pemuda di zamannya telah sukses menduduki kursi ketua umum Partai Demokrat dengan sangat meyakinkan, sayang sekali telah berakhir dengan ending yang tidak manis. Sejumlah spekulasi pun muncul, salah-benarkah Anas, atau politik konspirasi globalkah itu? Meskipun sampai hari ini Anas Urbaningrum tetap konsisten mengatakan dirinya sebagai korban keganasan politik, tetapi faktanya Anas tetap saja di buih KPK bahkan jatuh vonis. Sehingga makin terang-benderanglah pembacaan publik, bahwa politisi muda itu benar telah mengkhianati Negara dengan korupsi meski beberapa kolega dan ribuan fans fanalitiknya di organisasi tempat Ia lahir tidak rela.   Anas bukanlah satu-satunya insan muda yang berakhir dengan pencapaian tinggi dan finish di garis yang mengerikan, sejumlah intelektual muda yang terbilang sukses merebut kekuasaan di republik ini acap kali menjadi catatan hitam sejarah, sebut saja dengan istilah “pelacur intelektual” yang memperkaya diri dengan menjual kepiawaian memainkan citra dan taktis politiknya atas nama rakyat. Akan tetapi, beliau (Anas) telah terlanjur membawa icon perlawanan dan perjuangan pemuda di zamannya, sehingga patut menjadi renungan menarik bagi kaum muda yang bergelut dan akan bergelut di gelanggang perpolitikan agar mawas diri, lebih berhati-hati membawa misi dan icon perjuangan idealisme agar kepercayaan publik yang sudah begitu manis tidak berbuah pahit, sedang ribuan pertanyaan-pertanyaan semakin mengkristal kepermukaan; Kaum Muda di Pentas Politik, Apakah Berkah atau justru Bencana?   *Mantan Sekjend DPP IPPMIMM Majene Pusat Makassar *Pemuda Ulumanda *Mantan Aktivis IMM Kota Makassar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun