Hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Jawa dan Islam dijuluki dengan sebutan Rebo Wekasan atau juga sering dikenal dengan sebutan Rebo Pungkasan.Â
Tradisi Rebo Wekasan diperingati oleh sebagian masyarakat serta umat Islam di Indonesia. Banyak diadakan ritual di hari ini. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk menolak bala.Â
Tradisi ini memiliki berbagai pemaknaan dan tata cara pelaksanaannya di setiap daerah. Adapun kegiatan yang dilakukan pada saat Rebo Wekasan berupa dzikir, tahlil, melakukan sholat sunnah untuk menolak bala, berbagi makanan, bahkan ada juga yang melarungkan hasil bumi ke laut sebagai persembahan kepada bumi.
Mengutip pendapat Syaikh al Kamil Fariduddin pada kitab Al-Jawahir Al-Khams karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin Al-'Atthar (w. th 970 H), tradisi Rebo Wekasan ini disebut sebagai hari musibah yang merujuk kepada peristiwa sakitnya Nabi Muhammad SAW sampai beliau wafat.Â
Syaikh Kamil Fariddudin menjelaskan: "Sesungguhnya dalam setiap tahun diturunkan 320.000 bencana atau bala dan semuanya diturunkan pada hari Rabu akhir dari bulan Shafar, maka hari itu merupakan hari yang paling berat dalam setahun." Atas dasar itulah, muncul tradisi yang sudah turun temurun, terutama di kalangan umat Islam di Pulau Jawa dan juga beberapa daerah di luar Pulau Jawa.
Tradisi Rebo Wekasan pertama kali diadakan pada masa Wali Songo. Sebab banyak ulama yang menyebutkan bahwa Allah SWT menurunkan lebih dari 500 macam penyakit di bulan Saffar. Untuk mengantisipasi hal tersebut, banyak ulama melakukan ibadah dan memanjatkan do'a.Â
Tujuannya adalah agar dijauhkan dari segala penyakit dan musibah yang dipercaya diturunkan pada hari Rabu terakhir bulan Safar. Tradisi Rebo Wekasan masih dilestarikan oleh sebagian umat Islam di Indonesia hingga saat ini.Â
Sementara itu, ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa tradisi Rebo Wekasan muncul pada awal abad ke-17 di Aceh, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.
Rebo Wekasan ini mengandung beberapa sudut pandang, salah satunya adalah masyarakat jawa. Mereka sangat percaya akan kesialan yang datang pada hari Rebo Wekasan. Misalnya dalam hal pernikahan.Â
Mereka percaya bahwa jika menikah di hari Rebo Wekasan bisa saja akan mengundang banyak pertengkaran bahkan berujung perceraian. Oleh sebab itu, banyak dari sekian masyarakat Jawa yang menghindari pernikahan di hari Rebo Wekasan.
Bukan hanya menikah, masyarakat Jawa juga percaya jika bayi yang lahir pada Rebo Wekasan, maka bayi tersebut bisa saja akan bernasib sial seumur hidupnya. Oleh karena itu, bayi yang lahir di hari Rebo Wekasan harus diruwat atau dibersihkan.Â