Mohon tunggu...
Eugenius Ervan Sardono
Eugenius Ervan Sardono Mohon Tunggu... Freelancer - Jangan mempermainkan Tuhan

Filsafat Hidup

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fundamentum Certum Et Inconcussum Veritatis

3 Agustus 2014   04:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:33 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

FUNDAMENTUM CERTUM ET INCONCUSSUM VERITATIS

Oleh : Eugenius Joffer Aws

Pengantar

Fundamentum certum et inconcussum veritatis(kepastian dasariah dan kebenaran kokoh) sedang ditungguh oleh orang Indonesia. Seorang filsuf klasik Yunani Kuno, Plato (428-346 SM) sungguh mencintai seorang sahabat. Sahabat itu tak lain adalah kebenaran. Dalam kancah dunia politik pun hendaknya kebenaran diupayakan. Sejatinya politik seperti yang terungkap oleh Plato. Politik yang bisa mempertanggung jawabkan kebenaran. Kebeneran in-se tereksplisit sebuah spektrum moral. Bila kebenaran dijungkirbalikkan, maka orang akan jatuh dalam namanya kebenaran palsu sehingga menciptakan sebuah negara etiopia. Ini pun tidak diinginkan oleh siapa pun. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan HAM Djoko Suyanto menjelaskan posisi pemerintah terkait dinamika yang terjadi yakni sesuai amanat UUD 1945 maka segala hal yang terkait dengan penyelenggaraan pemilu berada dalam kewenangan KPU. Apa yang disampaikan Pak Prabowo pengelolaannya ada di KPU, ada juga Bawaslu dan MK apabila ini berlanjut, maka kita serahkan prosesnya ke KPU. Ini adalah sebuah ungkapan keyakinan bahwa negara kita memiliki hukum untuk mengaturtatanan politik dengan baik.

Ternyata di tengah masa pelik situasi politik Indonesia, masih ada celah bagi kebenaran untuk berbicara. Indonesia sedang memasuki “musim abu-abu” politik. Belum terlalu nampak warnanya. Apakah warnah merah atau putih? Karena masih terjadi ambiguitas kebenaran dalam politik, siapakah yang berhak menduduki presiden Republik Indonesia lima tahun ke depan. Karena dalam diri politik itu sendiri adalah mulia dan luhur, maka hendaknya stage holder dapat meluhurkan politik bagi kepentingan bangsa dan negara. Gerakan humanisme bisa menjadi pola dalam mensimulasasi keberlangsungan masalah.


Saatnya Kebenaran dan Keadilan Berbicara

Keluhuran sebuah politik harus dilandaskan aktus cinta yang bertitik tolak pada kebenaran. Terkait dengan pengelolaan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di seluruh tanah air, Menko Polhukammengulangi pernyataan pers yang disampaikan Capres Prabowo beberapa waktu lalu. "Kami meminta agar pendukung kami untuk tenang dan berjuang di atas landasan konstitusi hukum, tetap rapat dalam barisan dan jangan terpancing. Kita hanya akan menggunakan cara-cara damai untuk memperjuangkan hak-hak kita. Itu penggalan kalimat Pak Prabowo," kata Menko Polhukam. Jakarta, polkam.go.id, (22/7/2014). Sebuah pernyataan yang sarat akan kebenaran. Pernyataan Prabowo mengafirmasikan kepada sesuatu yang namanya kebenaran.Bahwa sesuatu akan berjalan baik jika semuanya dilandaskan pada aspek kebenaran. Aksentuasi dari kebenaran adalah jika hukum mengatakan itu benar, berarti tidak ada yang mengganggu gugat lagi kebenaran itu sendiri. Di sini ia berbicara atas nama seluruh warga negara. Jika hampir semua orang mengatakan bahwa itu benar, ya itu memang benar. Kalau semua orang mengatakan bahwa warna bendera Indonesia merah dan putih. Objektivitas kebenaran terbaca di sana.kebenaran mengandung unsur keadilan.

Adil mengindikasikan memberikan kepada seseorang sesuai dengan hak dan kewajibannya. jika dia layak mendapat banyak berilah banyak. sebaliknya jika dia layak mendapat sedikit berilah sedikit. sehingga di luar dari itu bukanlah sebuah keadilan berbicara. adanya sebuah harapan bahwa semuanya bisa berlangkah dalam nada kepastian hukum. Negara demokrasi sebagai jaminan kesatuan sosial dan kerinduan akan sebuah basis kultural kolektif untuk sebuah masyarakat multikultural. basis budaya kolektif tersebut harus melampaui prinsip formal demokrasi seperti kebebasan dan kesetaraan. Dalam wilaya kebebasan, kebenaran membuka peluang untuk berbicara.

Tetap Tenang dalam Penantian

Menunggu adalah pekerjaan yang sangat berat. Memberatkan memang kalau orang tidak memiliki sikap tenang. Hanya dalam ketengan keraguan bisa dijawab. Keraguan yang dialami oleh masyarakat Indonesia, kini terjadi yang kedua kalinya. Yang pertama ketika menunggu hasil kepastian dari KPU sampai tanggal 22 Juli 2014. Kini banjir kebingungan melanda Indonesia yang kedua kalinya. Setelah dikabarkan bahwa Jokowi sudah menjadi presiden Republik Indonesia, semua orang merasa lega dan puas bahwa ternyata keputusan sudah valid. Validitas kebenarannya diumumkan oleh ketua KPU. Namun kini semunya masih menjadi teka-teki apakah Jokowi-Jk berhak menduduki Presiden dan wakil Presiden. Ini pun masih abu-abu.

Ketenangan adalah jalan aman. Sepert yang dihimbau ketua Menko Polhukam bahwa hendaknya semua bangsa tetap mennjaga ketenangan. Itulah effentif solution (solusi altrnatif) untuk bisa memanimalisasi sebuah persoalan yang sedang mencuat ini. Tenang bukan berarti kita melarikan diri dari sebuah problem ini, melainkan mengambil jarak untuk memberi kesempatan kepada pihak yang berwenang dalam mencari solusi yang baik. Dalam berpasrah kepada hasil bisa membuat semuanya berjalan lancar dan aman. Itu pun dilontarkan oleh Prabowo kepada pendukungnya.

Penutup

Sebuah persoalan pasti adajalan keluarnya. Demikian pun persoalan akbar yang terjadi dalam tubuh Indonesia saat ini. Plato yang diuraikan dalam awal Tulisan ini tadi menghormati betul pada apa yang namanya kebenaran. Kebenaran di dalam dirinya mengandung sebuah kebesaran. Dari sini kita mendulang makna bahwa kebenaran dan keadilan yang kita tunggu. Kita tidak menyoalkan siapa yang menang di antara keduanya. Hendaknya orang yang ditunjukan sebagai pemenang adalah orang yang pantas. Maksudnya adalah sesuai dengan keadilan dan kebenan. Bahwa seseorang apa pun dia atau siapa pun dia tidak pantas diberi sebuah respek jika ia tidak berpijak atau berlandaskan kebenaran dan keadilan sebagai asas hidupnya.

Ini adalah sebuah buku terbuka yang bisa kita pelajari. Persoalan ini bisa mendatangkan kairos sekaligus kronos. Persoalan ini tidak saja melihatnya sebagai penghalang melainkan juga sebuah rahmat. Bahwa di sini orang bisa belajar banyak hal di masa mendatang. Buku terbuka yang diberikan kepada pemerintah dan masyarakat bahwa ini adalah bahan pelajaran. Sesuatu yang menghalang hendaknya dibasmi dari dalam hukum politik. Karena itu ibarat debu yang mengotori makna untuk melihat objek kebenaran dan keadilan yang sesungguhnya. Orang hanya ingin mereguk kebenaran. Sikap keras hendaknya tidak didramatisasikan karena hanya menghasilkan rasa benci. Itu juga akan menciptakan bencana bagi kehidupan negara. Mengakui kenistan menjadi hal urgen. Keluruhan dalam diri manusia karena mengakui kerapuhannya. Dalam catur politik, tak orang harus menang. Kemenangan yang sahih pula dapat ditunjukan melalui kerendahan hati menerima kelebihan sesama. Pendasarannya tidak lain dan tidak bukan adalah kebenaran. Ketakutan terbesar jika orang melawan kebenaran. Teluk hanya bisa diisi oleh sikap kerendahan hati. Pada akhirnya fudantum certum et inconssum veritas politik Indonesia berbicara jujur dan jernih.

Nama : Egen Sardono

Alamat: Pondok Kebijaksanaan Jl. Yoyo Grand 100. Kec. Lowokwaru. Kel. Merjosari.

Tlp : 558035



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun