Wajah baru kepemimpinan menekankan kolaborasi dan kerjasama sebagai kunci untuk mencapai hasil yang berkelanjutan.
Pemimpin tidak lagi beroperasi dalam isolasi, tetapi bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk merumuskan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan terhadap tantangan kompleks yang dihadapi masyarakat. Pemimpin yang baik haruslah beroperasi dalam suasana kolaboratif bersama jajarannya. Ia tidak dapat berdikari. Sebab, berdikari menghasilkan kinerja yang boleh dibilang menghancurkan komunitas.
 Kegembalaan dalam konteks baru ini menyoroti peran pemimpin sebagai pengayom, pembela, dan pelayan masyarakat.
Pemimpin yang baik haruslah mengutamakan kepentingan kesejahteraan umum di atas kepentingan pribadi atau kelompok, serta memastikan bahwa tidak ada yang terpinggirkan dalam proses pembangunan. Sikap individualistis haruslah dihilangkan oleh seorang pemimpin, sebab jika tidak dihilangkan, apa yang orang sebut sebagai pemimpin yang mengayomi dan membela masyarakat tidak akan terwujud.
Melalui tindakan-tindakan ini, Dalai Lama tidak hanya menjadi pemimpin spiritual bagi umatnya, tetapi juga menjadi contoh yang menginspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia tentang bagaimana kepemimpinan yang bertanggung jawab dan kegembalaan yang bijaksana dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat dan dunia. Secara keseluruhan, wajah baru kepemimpinan dan kegembalaan mencerminkan evolusi dalam konsep kepemimpinan yang mengakui kompleksitas dunia modern dan menuntut respons yang lebih adaptif, inklusif, dan berempati dari para pemimpin. Ini adalah panggilan bagi para pemimpin untuk menjadi agen perubahan positif yang membawa kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan bagi semua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI