Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet, dikenal karena ajaran-ajarannya yang mengedepankan perdamaian, harmoni, dan kasih sayang. Dalai Lama, yang lahir dengan nama Lhamo Dhondup pada 6 Juli 1935 di Taktser, Tibet, adalah pemimpin spiritual dan politik tertinggi Tibet. Dia terpilih sebagai Dalai Lama ke empat belas pada usia dua tahun pada tahun 1937. Sebagai pemimpin Tibet, Dalai Lama menghadapi berbagai tantangan politik, termasuk invasi Tiongkok ke Tibet pada tahun 1950-an. Meskipun menghadapi tekanan politik dan pengasingan dari Tibet pada tahun 1959, Dalai Lama tetap berpegang pada ajaran-ajaran damai dan mempromosikan perdamaian serta keadilan bagi bangsa Tibet. Di pengasingan, dia memimpin pemerintahan Tibet dalam pengasingan dari India, menjadikannya pusat kegiatan keagamaan, pendidikan, dan advokasi bagi masyarakat Tibet di luar Tibet.
Selama hidupnya, Dalai Lama menunjukkan kepemimpinan yang kuat dalam memperjuangkan hak asasi manusia, perdamaian, dan dialog antaragama. Dia adalah pengagum ajaran Buddha tentang kasih sayang, perdamaian, dan pengampunan. Dalam banyak kesempatan, dia menekankan pentingnya empati, toleransi, dan pemahaman lintas budaya dalam membangun dunia yang lebih harmonis dan beradab.
    Sebagai pemimpin spiritual, Dalai Lama terus memberikan ceramah, seminar, dan menulis buku tentang kebijaksanaan spiritual, meditasi, dan ajaran-ajaran kebijaksanaan. Dia juga aktif dalam mempromosikan dialog antaragama, membangun jembatan antara berbagai tradisi keagamaan untuk mempromosikan pemahaman saling dan perdamaian global.
Salah satu aksinyaj yang sesuai dengan tema wajah baru kepemimpinan dan kegembalaan adalah pendekatannya yang inklusif terhadap dialog antaragama. Dalai Lama secara konsisten mempromosikan dialog antaragama sebagai sarana untuk membangun pemahaman saling, toleransi, dan perdamaian di antara komunitas beragama yang berbeda. Dia sering mengadakan pertemuan lintas keagamaan, seminar, dan konferensi internasional yang melibatkan pemimpin agama dari berbagai tradisi untuk berbagi pandangan, memecahkan perbedaan, dan mencari solusi bersama atas tantangan global. Pendekatan ini mencerminkan wajah baru kepemimpinan yang membangun jembatan antara berbagai kelompok masyarakat dan mempromosikan kerjasama lintas budaya untuk mencapai tujuan bersama yang lebih besar.
Dalai Lama telah menjadi simbol kebijaksanaan, kebaikan, dan ketenangan dalam dunia yang seringkali penuh dengan konflik dan ketegangan. Aksi-aksi beliau memperlihatkan bahwa kepemimpinan tidak hanya tentang kekuatan politik atau kekuasaan, tetapi juga tentang kepedulian, empati, dan kebijaksanaan. Salah satu hal yang paling menginspirasi dari Dalai Lama adalah pendekatannya terhadap konflik. Meskipun menghadapi tekanan politik yang besar dari pemerintah Tiongkok dan kehilangan tanah airnya sendiri, beliau tetap memilih jalur perdamaian dan dialog. Ini menunjukkan bahwa kekuatan sejati tidak terletak dalam kekerasan atau pembalasan, tetapi dalam kemampuan untuk memaafkan, berdamai, dan bekerja menuju solusi yang menguntungkan semua pihak.
Pendekatan beliau terhadap dialog antaragama juga memberikan inspirasi yang besar. Di dunia yang sering terpecah belah oleh konflik keagamaan, Dalai Lama menunjukkan bahwa pemahaman dan toleransi dapat dicapai melalui komunikasi yang terbuka dan penghormatan terhadap perbedaan. Ini mengingatkan kita bahwa meskipun kita memiliki keyakinan yang berbeda, kita semua adalah bagian dari keluarga besar manusia dan dapat mencapai persatuan melalui penghargaan terhadap keberagaman. Selain itu, Dalai Lama juga mengajarkan pentingnya kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama. Melalui aksi-aksi amalnya dan advokasinya untuk kesejahteraan masyarakat Tibet, beliau mengingatkan kita bahwa sebagai pemimpin, kita memiliki tanggung jawab moral untuk membantu mereka yang kurang beruntung dan melindungi hak-hak dasar mereka.
Secara keseluruhan, aksi-aksi Dalai Lama memberikan contoh yang kuat tentang bagaimana kepemimpinan yang berdasarkan pada nilai-nilai moral dan kebijaksanaan dapat membawa perubahan positif dalam dunia yang penuh dengan tantangan. Beliau adalah teladan bagi kita semua tentang bagaimana kita dapat menjadi pemimpin yang lebih baik, lebih bijaksana, dan lebih peduli terhadap sesama.
Dalam konteks wajah baru kepemimpinan dan kegembalaan di keuskupan Agung Ende, karya kegembalaan Dalai lama patutlah dijadikan cerminan.Wajah baru kepemimpinan dan kegembalaan haruslah mencerminkan perubahan dalam paradigma kepemimpinan dari model otoriter dan dominan menjadi pendekatan yang lebih inklusif, responsif, dan berempati. Ini menekankan pentingnya memimpin dengan teladan, mengutamakan kebutuhan dan aspirasi masyarakat, serta mempromosikan kolaborasi dan kerjasama dalam mencapai tujuan bersama.
 Wajah baru kepemimpinan menekankan pentingnya memimpin dengan teladan yang baik.
Pemimpin modern tidak hanya diharapkan untuk memiliki keterampilan manajerial yang kuat, tetapi juga untuk menjadi contoh yang hidup dari nilai-nilai yang dipegangnya. Mereka harus menginspirasi orang lain dengan integritas, kejujuran, dan keberanian mereka. Belajar dari Dalai lama, sekurang-kurangnya ada empat usahanya yang mencerminkan keteladanan yang baik sebagai pemimpin. Pertama, promosi dialog dan perdamaian: Dalai Lama secara konsisten mempromosikan dialog lintas agama dan perdamaian global. Dia telah mengadakan berbagai dialog antaragama dan memfasilitasi diskusi yang bertujuan untuk memperkuat pemahaman saling dan memecahkan konflik dengan cara damai. Kedua, advokasi untuk Hak Asasi Manusia: Dalai Lama telah menjadi suara yang kuat dalam memperjuangkan hak asasi manusia, terutama bagi rakyat Tibet. Dia terus-menerus menyerukan untuk pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak dasar semua individu, tanpa memandang latar belakang agama atau etnis. Ketiga, perlindungan lingkungan: Dalai Lama juga aktif dalam advokasi untuk perlindungan lingkungan dan keberlanjutan. Dia menekankan pentingnya menjaga bumi dan sumber daya alamnya bagi kesejahteraan generasi mendatang, serta mengajukan solusi yang ramah lingkungan dalam kebijakan dan praktik kehidupan sehari-hari. Keempat, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat Tibet: Melalui pendirian berbagai institusi pendidikan dan proyek kesejahteraan, Dalai Lama telah berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Tibet di pengasingan. Dia juga mempromosikan pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan sebagai fondasi untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi muda Tibet. Melalui aksi-aksi ini, patut dipelajari bahwa pemimpin yang baik haruslah mencerminkan keteladanan yang baik melalui aksi nyata, pemimpin yang baik tidak hanya fasih dalam berkata-kata tetapi juga haruslah terampil dalam mengimplementasikan kata-katanya.
Kepemimpinan yang efektif dalam era baru ini memperhatikan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Pemimpin harus mendengarkan suara rakyatnya, memahami tantangan yang mereka hadapi, dan merespons dengan kebijakan dan program yang mengakomodasi kebutuhan nyata mereka. Ini melibatkan inklusi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan memperkuat partisipasi publik.