Pembangunan monumennya sendiri, dimulai sejak September 2014 sampai dengan Mei 2016. Menurut informasi yang didapat, replika "Mahkota Binokasih Sanghyang Pake" yang berada di puncak monumen, beratnya ditaksir mencapai 400 kilogram dan berhiaskan batu giok.
Bagi kalian para pecinta selfie atau pengguna berat instagram, monumen ini menjadi tempat yang sangat instagramable. Sayang banget kalau tidak diabadikan melalui lensa kamera. Apalagi jika itu di malam hari, beuh... kita akan disuguhi pemandangan indah kerlap-kerlip lampu yang dipadu-padankan dengan air mancur yang menari-nari.
Kereta Kencana Naga Paksi
Banyak yang bilang, katanya kereta ini agak mirip dengan kereta Paksi Naga Liman milik Kasultanan Cirebon dan juga kereta Singa Barong. Kalau dari kejauhan mungkin memang agak mirip, tapi sebenarnya banyak perbedaan mendasar dari kereta ini.
Dulunya, kereta Naga Paksi merupakan tunggangan Pangeran Kusumadinata IX atau lebih dikenal dengan nama Pangeran Kornel. Seorang pangeran yang sangat dicintai rakyatnya, karena kesatriaannya dalam menentang kekejaman penjajah Belanda. Khususnya Gubernur Jenderal Daendals. Sebagaimana dilansir dalam metropekanbaru.com, bahwa Rd. Kusdinar (cucu Pangeran Kornel) menuturkan, konon dahulu kala kereta Naga Paksi ini bisa terbang. Namun, hanya pada waktu-waktu tertentu disaat Pangeran Kornel ingin meninjau kondisi rakyatnya di suatu daerah.
Dengan panjang 7 meter, lebar 2,5 meter dan tinggi 3,1 meter, kereta ini menampakkan kewibawaanya. Terlepas dari penampilannya yang unik, kereta ini menyimpan simbol-simbol yang melambangkan keagungan dan ketinggian derajat.
Pada tahun 1995, kereta ini mengalami perbaikan. Meski dikerjakan oleh tangan-tangan ahli, nyatanya perbaikan memakan waktu sampai 10 bulan, yang berakhir pada bulan Maret 1996.
Tahukah kalian bahwa ternyata untuk perbaikannya sendiri tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang? Yaps, pada waktu itu yang melakukan perbaikan adalah ahli kereta dari Kasultanan Cirebon, yakni Pangeran Elang Yusuf bersama timnya. Dimana, mereka melakukan tirakat terlebih dahulu selama tujuh hari.
Sebenarnya, ketika kita mencoba melihat dokumen yang disusun oleh bidang sejarah dan silsilah Museum Prabu Geusan Ulun, dalam dokumen tersebut akan didapati daftar koleksi unggulan dari museum (setidaknya ada 16). Yakni, Mahkota Binokasih dan Siger; Pedang Ki Mastak; Keris Ki Dukun; Keris Panunggul Naga; Keris Nagasasra Panembahan; Keris Nagasasra Kusumadinata IX; Badik Curul Aul; Tempat Sirih; Bokor; Kujang; Gamelan Parakan Salak; Gamelan Pusaka Sari Oneng Mataram; Kitab Kuno Al-Qur'an; Kitab Waruga Jagat; Kitab Cariosan Prabu Siliwangi; dan Kereta Kencana Naga Paksi.
***
Potensi Pengembangan Museum Prabu Geusan Ulun