Keempat, adanya wacana pengembangan museum dari Yayasan Nadzhir Wakaf Pangeran Sumedang.
"Dari pihak Yayasan memang kedepannya ada rencana pengembangan, tapi belum tau pasti pengembangan seperti apa yang akan dilakukan," kata Ila Gilang Kencana, salah seorang pemandu museum.
Kelima, adanya tantangan (kontradiktif) antara: kecenderungan global yang sangat pesat terhadap wisata budaya khususnya museum, dengan kenyataan minimnya ketertarikan wisatawan di Indonesia khususnya Sumedang terhadap museum.
Banyak sekali diberitakan dalam media, bahwa kebanyakan museum di Indonesia mengalami penurunan dalam hal kunjungan wisatawan dan bahkan sedikit sekali mendapat perhatian dari kalangan millenial.
Contohnya saja di MPGU, kunjungan wisatawan dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kalau kita bandingkan data tahun 2016 dan 2019 itu ada gap sebanyak 6.917 wisatawan. Itu berarti selama tiga tahun, jumlah wisatawan yang berkunjung, berkurang sekitar 36%. Tentu, ini tidak bisa kita biarkan begitu saja.
Untuk menjawab alasan dan tantangan yang ada, maka sedikitnya ada dua hal yang bisa penulis usulkan dalam rangka pengembangan MPGU kedepannya. Dua hal tersebut yakni: atraksi wisata atau panggung budaya dan Saung "Mini Sumedang" (akan dibahas di bagian terakhir tulisan).
***
Sejarah Singkat Museum Prabu Geusan Ulun
Museum Prabu Geusan Ulun didirikan pada tahun 1973 dengan nama awal "Museum Wargi Yayasan Pangeran Sumedang." Nama tersebut diambil karena memang berdirinya museum dilatarbelakangi oleh terbentuknya Yayasan Pangeran Sumedang (YPS), sebagai lembaga yang mengurus, memelihara dan mengelola barang wakaf Kangdjeng Pangeran Aria Soeria Atmaja (Bupati Sumedang 1882-1919).
Tujuan didirikannya museum adalah sebagai upaya pengembangan kegiatan Yayasan dalam memanfaatkan banyaknya benda-benda peninggalan (pusaka) yang ada, sehingga dapat bermanfaat bagi para wargi dan rakyat Sumedang. Sejalan dengan apa yang diwasiatkan oleh Pangeran Aria. Selain itu, juga sekaligus untuk mengenang keberadaan dari Kerajaan Sumedang Larang yang pernah berdiri di Sumedang.
Pada tanggal 13 Maret 1974, Museum YPS pun berubah nama menjadi Museum Prabu Geusan Ulun, yang diambil dari nama raja terakhir Kerajaan Sumedang Larang. Perubahan nama tersebut dilakukan sebagai respon dari usulan dan kesepakatan para ahli sejarah; sesepuh YPS; dan wargi Sumedang, pada forum Seminar Sejarah Jawa Barat kala itu.