1. Teori Human Development dan Bronfenbrenner
Teori human development menggambarkan bahwa perkembangan manusia melibatkan proses fisik, kognitif, dan sosial sepanjang hidup. Salah satu tokoh utama dalam teori ini adalah Urie Bronfenbrenner, yang memperkenalkan Ecological Systems Theory. Model Bronfenbrenner menekankan bahwa perkembangan individu dipengaruhi oleh sistem lingkungan yang saling terkait: mikrosistem (lingkungan terdekat), mesosistem (interaksi antara mikrosistem), eksosistem (faktor eksternal tidak langsung), makrosistem (nilai-nilai budaya dan norma sosial) dan kronosistem(faktor waktu perubahan). Dalam konteks perilaku spasial, teori ini menekankan bagaimana lingkungan dan interaksi sosial mempengaruhi pola mobilitas dan preferensi ruang seseorang (Rosa & Tudge, 2013; Bronfenbrenner, 1979).
2. Teori Kognitif
Teori kognitif menyoroti bagaimana individu memproses informasi, belajar, dan membuat keputusan. Jean Piaget mengidentifikasi empat tahap perkembangan kognitif, mulai dari tahap sensorimotor hingga operasional formal, di mana individu mengembangkan kemampuan untuk berpikir abstrak dan logis. Sementara itu, Lev Vygotsky memperkenalkan sociocultural theory, yang menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif melalui konsep Zone of Proximal Development (ZPD). Dalam perilaku spasial, kemampuan kognitif menentukan bagaimana seseorang memahami dan merespons lingkungan sekitarnya (Piaget, 1952; Vygotsky, 1978).
3. Teori Afektif
Teori afektif menekankan peran emosi, motivasi, dan sikap dalam mempengaruhi perilaku. Komponen afektif dalam pembelajaran dan interaksi sosial penting untuk menciptakan keterlibatan dan motivasi jangka panjang. Kecerdasan emosional (Goleman, 1995) dan sikap positif dapat memfasilitasi pengambilan keputusan spasial, seperti pemilihan tempat tinggal atau preferensi lingkungan sosial. Emosi juga memengaruhi cara individu merespons situasi dalam ruang publik dan pribadi.
4. Teori Konatif
Teori konatif berfokus pada niat dan tindakan sukarela untuk mencapai tujuan tertentu. Ini melibatkan motivasi, tekad, dan kemampuan untuk bertindak secara persisten, terutama dalam konteks perencanaan dan implementasi tindakan. Dalam perilaku spasial, aspek konatif terlihat ketika individu memilih rute perjalanan atau melakukan tindakan untuk mencapai tujuan fisik tertentu, seperti berpindah tempat atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial (Ajzen, 1991; Kolbe, 1990).
KesimpulanÂ
Perilaku spasial manusia merupakan hasil dari integrasi berbagai dimensi perkembangan kognitif, afektif, dan konatif yang dipengaruhi oleh lingkungan sebagaimana dijelaskan dalam model Bronfenbrenner. Pemahaman ini dapat diterapkan untuk merancang ruang yang mendukung aktivitas manusia secara optimal, seperti menciptakan lingkungan belajar yang kondusif atau merencanakan tata kota yang responsif terhadap kebutuhan emosional dan motivasional masyarakat.