Menurut buku (Rachmi Masie et al., 2021) cerita anak merupakan bacaan untuk anak yang isinya kisah seputar anak-anak yang boleh diceritakan, menghibur, serta sesuai tingkat perkembangan intelektual dan emosi anak. Cerita anak sudah ada sejak dulu dan menjadi salah satu cara penting untuk menyampaikan pesan moral kepada anak-anak. Melalui cerita, anak-anak belajar tentang berbagai nilai kehidupan, seperti kebaikan, keberanian, kejujuran, dan banyak lagi. Dulu, cerita anak sering berisi kisah yang penuh dengan tokoh-tokoh baik yang berjuang melawan kejahatan atau menghadapi masalah dengan cara yang jelas dan mudah dimengerti.Namun, seiring dengan berjalannya waktu, cara kita mengajarkan nilai-nilai kebajikan dalam sastra anak juga berubah. Sastra anak modern lebih dekat dengan kehidupan anak-anak masa kini. Cerita-cerita tersebut tidak hanya mengajarkan tentang kebajikan, tetapi juga memberikan gambaran dunia yang lebih realistis, di mana tokoh-tokoh dalam cerita tidak selalu sempurna, dan masalah yang mereka hadapi lebih relevan dengan tantangan zaman sekarang. Melalui cerita-cerita ini, anak-anak tidak hanya belajar tentang nilai-nilai moral, tetapi juga memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang dunia di sekitar mereka.
Artikel ini membahas transformasi nilai-nilai kebajikan dalam cerita anak seiring perkembangan zaman. Menurut (Fatimah & Arianti, 2024), pendidikan karakter dalam cerita anak mencakup lima nilai utama, yaitu (1) kejujuran, (2) kedisiplinan, (3) kemandirian, (4) kerja sama, dan (5) tanggung jawab. Saat ini, karakter dalam cerita anak menjadi lebih beragam, nilai-nilai moral disampaikan dengan cara yang lebih halus, dan teknologi serta konteks sosial yang terus berkembang turut memengaruhi isi dan penyampaian cerita anak.
1. Evolusi Cerita Anak dari Masa ke Masa
Pada masa lalu, cerita anak banyak berfokus pada karakter yang baik yang berjuang melawan kekuatan jahat. Dalam cerita-cerita klasik seperti Cinderella atau Putri Salju, tokoh utama adalah sosok yang sangat baik hati dan selalu mendapatkan kebahagiaan pada akhir cerita. Pesan moral dalam cerita-cerita ini sangat jelas dan mudah dipahami: orang baik akan mendapat balasan yang baik. Cerita-cerita ini memberikan gambaran tentang kebaikan dan keadilan dengan cara yang sangat sederhana.
Namun, sastra anak modern cenderung menggambarkan karakter yang lebih kompleks. Tokoh utama dalam cerita anak sekarang tidak selalu sempurna. Mereka bisa saja memiliki kelemahan atau melakukan kesalahan, tetapi mereka belajar dari pengalaman mereka dan tumbuh menjadi lebih baik. Misalnya, dalam buku The Pigeon Wants a Puppy karya Mo Willems, tokoh merpati (pigeon) digambarkan sebagai karakter yang egois dan cemas, tetapi melalui cerita, anak-anak diajak untuk belajar tentang kesabaran dan pengendalian diri.
Dengan menggambarkan karakter yang tidak sempurna, cerita-cerita ini mengajarkan anak-anak bahwa kebajikan bukanlah sesuatu yang harus dimiliki sejak lahir, tetapi sesuatu yang bisa dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Karakter yang Lebih Dekat dengan Anak-Anak
Menurut Depdiknas (2010) dalam buku (Sugiarti et al., 2022) Sastra anak berkaitan erat dengan pendidikan karakter, pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik.Salah satu perubahan terbesar dalam sastra anak modern adalah keberagaman karakter. Dulu, tokoh-tokoh dalam cerita anak sering berasal dari latar belakang yang serupa, biasanya keluarga kerajaan atau kehidupan yang idealis. Anak-anak yang membaca cerita ini mungkin merasa kesulitan untuk melihat diri mereka sendiri dalam cerita tersebut.
Namun sekarang, sastra anak modern menyajikan karakter yang lebih beragam, baik dari segi latar belakang budaya, fisik, bahkan kemampuan. Misalnya, dalam buku Ada Twist, Scientist karya Andrea Beaty, tokoh utamanya adalah seorang gadis kecil kulit hitam yang sangat penasaran dengan sains. Cerita ini tidak hanya mengajarkan nilai-nilai kebajikan, tetapi juga memberikan contoh positif bagi anak-anak yang mungkin merasa tidak terwakili dalam buku-buku tradisional.
Selain itu, cerita anak modern juga sering mengangkat isu-isusosial yang relevan dengan kehidupan anak-anak masa kini. Buku seperti Wonder karya R.J. Palacio mengisahkan seorang anak dengan kondisi wajah yang berbeda dari anak-anak pada umumnya. Melalui cerita ini, anak-anak belajar tentang empati, keberanian, dan pentingnya menerima diri sendiri. Karakter seperti Auggie mengajarkan kepada pembaca muda bahwa setiap orang memiliki keunikan yang patut dihargai, meskipun dunia sering kali tidak menerima perbedaan tersebut dengan mudah. Dengan menghadirkan karakter yang lebih dekat dengan kehidupan anak-anak, sastra anak modern membantu anak-anak merasa lebih diterima dan lebih mudah untuk mengidentifikasi diri mereka dalam cerita tersebut.
3. Mengajarkan Nilai Kebajikan dengan Cara yang Lebih Halus
Menurut Davis (Endaswara, 2005) dalam jurnal (Riski & Prihandini, 2022), sastra anak memiliki empat ciri. Yaitu (1) Mitos, fabel, dongeng, legenda, pahlawan, merupakan hal-hal tradisional yang berkembang dari lapisan sosial sejak zaman dahulu. (2) Idealistis, yaitu sastra yang mengandung nilai-nilai universal berdasarkan karya-karya terbaik penulis masa lalu dan masa kini; (3) Populer, yaitu sastra yang berisi hiburan anak-anak. (4) Teori yang dikonsumsi oleh anak-anak di bawah bimbingan orang dewasa dan diimplementasikan oleh penulis. Namun salah satu ciri khas sastra anak modern adalah cara penyampaian pesan moral yang lebih halus dan tidak langsung. Dalam cerita-cerita klasik, nilai kebajikan sering kali disampaikan dengan cara yang sangat eksplisitMisalnya, di akhir cerita akan selalu ada pesan yang jelas seperti “kebaikan akan selalu menang” atau “kejujuran adalah hal yang penting”.
Namun, cerita anak modern lebih sering menghindari cara ini. Alih-alih memberikan pesan moral yang langsung, cerita-cerita ini membiarkan pembaca untuk menarik kesimpulan mereka sendiri dari peristiwa yang terjadi dalam cerita. Misalnya, dalam buku The Day You Begin karya Jacqueline Woodson, pesan tentang penerimaan dan keberagaman dihadirkan melalui cerita seorang anak yang merasa berbeda karena berasal dari latar belakang yang tidak sama dengan teman-temannya. Buku ini tidak memberitahu pembaca bahwa mereka harus menerima perbedaan, tetapi melalui cerita yang penuh empati, anak-anak dapat memahami pentingnya menghargai orang lain.
Pendekatan ini memberi ruang bagi anak-anak untuk belajar secara mandiri, membentuk pendapat mereka sendiri tentang nilai-nilai kebajikan, dan bagaimana mereka dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Ini adalah cara yang lebih lembut namun tetap efektif untuk menanamkan moral dalam cerita.
4. Cerita Anak yang Memanfaatkan Teknologi dan Konteks Sosial
Menurut jurnal (Al-Kansa et al., 2023) teknologi merupakan suatu alat yang digunakan manusia untuk mempermudah dalam melakukan sesuatu dalam aktivitas kehidupannya.Di era digital ini, teknologi tidak bisa dipisahkan dari kehidupananak-anak. Cerita anak modern sering kali menggabungkan elemen teknologi sebagai bagian dari narasi. Alih-alih menggambarkan teknologi sebagai hal yang negatif atau membingungkan, sastra anak kini sering menggunakannya untuk mengajarkan kebajikan dengan cara yang lebih relevan dengan dunia yang dikenal oleh anak-anak.
Contoh yang baik dari ini adalah buku Hello Ruby karya Linda Liukas. Buku ini mengenalkan konsep pemrograman komputer kepada anak-anak melalui cerita petualangan Ruby, seorang gadis cerdas yang mencoba memecahkan berbagai teka-teki. Buku ini mengajarkan anak-anak tentang pentingnya kerja sama, kreativitas, dan ketekunan dalam menyelesaikan masalah. Dengan cara ini, teknologi bukan hanya dilihat sebagai alat untuk hiburan, tetapi juga sebagai sarana untuk mengembangkan nilai-nilai kebajikan.
Selain itu, cerita anak modern juga lebih sering mengangkat isu-isu sosial yang relevan dengan tantangan zaman sekarang. Misalnya, buku seperti Malala's Magic Pencil karya Malala Yousafzai menceritakan kisah hidup Malala yang berjuang untuk pendidikan, terutama untuk anak perempuan di seluruh dunia. Buku ini mengajarkan anak-anak tentang keberanian, perjuangan untuk hak-hak asasi manusia, dan pentingnya pendidikan.
5. Kritik terhadap Sastra Anak Modern
Meskipun sastra anak modern banyak memberikan kontribusi positif, tidak semua pihak setuju dengan perubahan ini. Beberapa kritikus berpendapat bahwa cerita-cerita moderncenderung lebih rumit dan lebih banyak menyentuh isu-isu sosial yang dianggap terlalu berat untuk anak-anak. Mereka khawatir cerita-cerita seperti ini akan membuat anak-anak merasa bingung atau terbebani dengan masalah-masalah yang tidak mereka pahami sepenuhnya.
Namun, banyak yang percaya bahwa cerita anak modern justru membantu anak-anak untuk lebih siap menghadapi dunia yang penuh dengan tantangan. Dengan mengajarkan nilai-nilai kebajikan melalui cerita yang relevan dan dekat dengan pengalaman hidup mereka, sastra anak modern dapat membantu anak-anak untuk lebih memahami diri mereka sendiri dan orang lain. Selain itu, cerita yang lebih kompleks memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk berpikir kritis dan mengembangkan empati terhadap orang lain.
Transformasi nilai-nilai kebajikan dalam sastra anak modern menunjukkan bagaimana dunia anak-anak dan cerita-cerita yang mereka baca telah berkembang seiring waktu. Dari karakter yang lebih beragam hingga cara penyampaian moral yang lebih halus, sastra anak kini lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari anak-anak masa kini. Meskipun ada tantangan dalam memahami cerita-cerita yang lebih kompleks, nilai-nilai yang diajarkan tetap memberikan landasan yang kuat untuk perkembangan moral dan sosial anak-anak.
Sastra anak bukan hanya sekadar alat hiburan, tetapi juga sarana pendidikan yang penting untuk membentuk karakter anak-anak. Dengan cerita-cerita yang penuh makna, anak-anak tidak hanya diajarkan tentang kebaikan, tetapi juga tentang keberagaman, empati, dan keberanian untuk menjadi diri sendiri. Dengan demikian, sastra anak modern tetap memiliki peran penting dalam membantu membentuk generasi masa depan yang lebih baik
Sumber
Al-Kansa, B. B., Iswanda, M. L., Kamilah, N., & Herlambang, Y. T. (2023). Pengaruh Kemajuan Teknologi Terhadap Pola Hidup Manusia. Indo-MathEdu Intellectuals Journal, 4(3), 2966–2975. https://doi.org/10.54373/imeij.v4i3.682
Fatimah, W., & Arianti, R. (2024). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Cerita Anak dan Perannya untuk Membentuk Karakter Peserta Didik di PAUD Nurul Iman Desa Sei Salak. Jurnal Pendidikan Tambusai, 8, 19106–19117.
Rachmi Masie, S., Sayama Malabar, Mp., & Herman Didipu, Mp. (2021). PEMBELAJARAN MENULIS CERITA ANAK BERBASIS PENDEKATAN GROWTH MINDSET (Zulkarizki, Ed.). ZAHIR PUBLISHING.
Riski, M., & Prihandini, A. (2022). Relasi Sastra Anak Terkait Perkembangan Dirinya. URNAL SASTRA, BAHASA DAN BUDAYA, 1.
Sugiarti, Pangesti, F., & Andalas, E. F. (2022). Sastra dan Anak di Era Masyarakat 5.0 (1st ed.). Universitas Muhammadiyah Malang. http://ummpress.umm.ac.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H