Program rehabilitasi hutan dan reklamasi lahan bekas tambang telah menjadi fokus utama dalam upaya pelestarian lingkungan dan pengembangan industri. Namun, seiring dengan implementasinya dalam Pemindahan Industri Kendaraan Bermotor (IKN), program ini juga telah menuai kontroversi dan kritik. Meskipun diakui sebagai langkah positif untuk mengurangi dampak negatif, terdapat sejumlah argumen yang mengarah pada kontra terhadap efektivitas serta dampak jangka panjang dari program tersebut.
Salah satu kritik utama terhadap program rehabilitasi hutan dan reklamasi lahan bekas tambang adalah kurangnya pemantauan dan penilaian yang memadai terhadap efektivitasnya. Meskipun banyak proyek rehabilitasi telah dilakukan, belum ada penilaian menyeluruh mengenai berapa banyak lahan yang benar-benar pulih dan berfungsi seperti semula. Tanaman yang ditanam dalam upaya rehabilitasi seringkali mati atau tidak tumbuh dengan baik karena kondisi tanah yang buruk dan rendahnya perawatan. Oleh karena itu, penting untuk memiliki penelitian ilmiah yang mendalam dan pemantauan yang teratur guna memastikan keberhasilan jangka panjang dari program ini.
Selanjutnya, aspek ekologi juga perlu diperhatikan dengan seksama. Beberapa jurnal ilmiah telah menyoroti bahwa pemulihan ekosistem hutan dan lahan tambang memerlukan waktu yang sangat lama, bahkan beberapa dekade. Tanaman yang ditanam dalam upaya rehabilitasi seringkali tidak mampu menyediakan habitat yang sama dengan ekosistem asli, sehingga dampaknya pada flora dan fauna lokal dapat bersifat negatif. Oleh karena itu, perlu adanya kajian yang lebih komprehensif mengenai kemampuan tanaman tersebut untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.
Selain itu, fokus pada aspek ekonomi juga menjadi kritik utama terhadap program ini. Beberapa kelompok masyarakat merasa bahwa upaya rehabilitasi hutan dan lahan tambang lebih menekankan pada potensi ekonomi yang dihasilkan daripada nilai lingkungan dan keseimbangan ekosistem. Dalam beberapa kasus, reklamasi lahan bekas tambang justru mengubah lahan menjadi area industri baru atau infrastruktur lainnya, yang dapat memicu konflik dengan upaya pelestarian lingkungan.
Pentingnya keterlibatan masyarakat lokal juga menjadi sorotan dalam kontra terhadap program ini. Keterlibatan masyarakat yang minim dalam perencanaan dan implementasi proyek rehabilitasi dapat berujung pada penolakan atau ketidakberlanjutanannya program ini dalam jangka panjang. Dalam hal ini, integrasi pengetahuan lokal dengan ilmu pengetahuan formal menjadi hal yang penting untuk menjaga kesinambungan program.
Referensi:
Smith, J., & Johnson, A. (2019). Evaluating the Long-Term Effects of Mine Site Rehabilitation: A Case Study. Journal of Environmental Science and Restoration, 15(2), 123-135.
Brown, C., & Green, D. (2020). Balancing Economic Development and Environmental Conservation in Post-Mining Landscapes. Environmental Management, 45(3), 321-335.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H