Mohon tunggu...
Ega Farrel Habibullah
Ega Farrel Habibullah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Saya Ega Farrel Habibullah, seorang mahasiswa S1 Teknik Material dan Metalurgi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang memiliki ketertarikan yang kuat pada penelitian industri. Saat ini, saya merupakan anggota aktif dari INDOCOOR ITS SC, sebuah organisasi yang didedikasikan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam ilmu korosi dan metode pencegahannya. Saya juga memiliki pengalaman langsung dari magang saya sebagai perancang teknis CAD dan sebagai mentor AutoCAD Pro.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Eksperiment Bell:Mengungkap Keajaiban Ketertarikan dalam Fisika Kuantum dengan Prototipe Tinkercard

1 Desember 2024   18:39 Diperbarui: 1 Desember 2024   19:09 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entanglement, atau dalam bahasa Inggris sering disebut "quantum entanglement," adalah salah satu fenomena paling misterius dalam fisika kuantum. Ia menggambarkan keterkaitan yang sangat kuat antara dua partikel kuantum, dimana keadaan satu partikel secara instan mempengaruhi keadaan yang lain, bahkan jika kedua partikel tersebut berada pada jarak yang sangat jauh satu sama lain. Fenomena ini pertama kali dijelaskan oleh fisikawan Albert Einstein, Boris Podolsky, dan Nathan Rosen dalam sebuah makalah pada tahun 1935 dan dikenal sebagai "paradox EPR." Entanglement menciptakan koneksi yang ajaib antara partikel kuantum, di mana perubahan keadaan di satu partikel akan segera mempengaruhi keadaan partikel yang terkait. Meskipun terdengar seperti ilusi sihir, eksperimen di laboratorium telah mengkonfirmasi keberadaan entanglement. Dalam praktiknya, sebagian besar eksperimen aktual telah menggunakan cahaya, diasumsikan dipancarkan dalam bentuk foto seperti partikel (dihasilkan oleh kaskade atom atau konversi turun parametrik spontan), daripada atom yang awalnya ada dalam pikiran Bell. Properti yang menarik adalah, dalam eksperimen yang paling terkenal, arah polarisasi, meskipun properti lain dapat digunakan. Eksperimen semacam itu terbagi dalam dua kelas, tergantung pada apakah penganalisis yang digunakan memiliki satu atau dua saluran keluaran.

Skema tes Bell
Skema tes Bell "
Sumber S menghasilkan pasangan "foton", dikirim ke arah yang berlawanan. Setiap foton bertemu polariser dua saluran yang orientasinya dapat diatur oleh eksperimen. Sinyal yang muncul dari setiap saluran terdeteksi dan kebetulan dihitung oleh monitor kebetulan CM. Diagram tersebut menunjukkan eksperimen optik khas dari jenis dua saluran yang menjadi preseden Alain Aspect pada tahun 1982.[5] Kebetulan (deteksi simultan) dicatat, hasilnya dikategorikan sebagai '++', '+', '+' atau '' dan jumlah yang sesuai terakumulasi. Empat sub eksperimen terpisah dilakukan, sesuai dengan empat istilah E(a, b) dalam statistik uji S (persamaan (2) ditunjukkan di bawah ini). Pengaturan a, a, b dan b umumnya dalam praktiknya dipilih masing-masing 0, 45, 22,5 dan 67,5 - "sudut uji Bell" - ini adalah pengaturan di mana rumus mekanika kuantum memberikan pelanggaran terbesar dari ketidaksetaraan. Untuk setiap nilai a dan b yang dipilih, jumlah kebetulan di setiap kategori (N, N++, N+ dan N+) direkam. Perkiraan eksperimental untuk E(a, b) kemudian dihitung sebagai: (1) E = (N + N++ N+ N+)/(N + N++ + N+ + N+). Setelah keempat E diperkirakan, perkiraan eksperimental dari statistik pengujian (2) S = E(a, b) E(a, b) + E(a, b) + E(a, b) dapat ditemukan. Jika S secara numerik lebih besar dari 2, itu telah melanggar pertidaksamaan CHSH. Eksperimen ini dinyatakan telah mendukung prediksi QM dan mengesampingkan semua teori variabel tersembunyi lokal. Namun, asumsi kuat harus dibuat untuk membenarkan penggunaan ekspresi (2). Telah diasumsikan bahwa sampel pasangan yang terdeteksi mewakili pasangan yang dipancarkan oleh sumber. Bahwa asumsi ini mungkin tidak benar terdiri dari celah pengambilan sampel yang adil. Derivasi ketidaksetaraan diberikan di halaman uji CHSH Bell. Salah satu eksperimen terkenal adalah eksperimen Bell, yang menunjukkan bahwa ketika dua partikel kuantum terkait, mereka akan selalu memiliki keterkaitan yang tidak dapat dijelaskan oleh teori fisika klasik. Entanglement juga memiliki aplikasi praktis dalam teknologi. Teleportasi kuantum dan komputasi kuantum adalah dua bidang di mana entanglement berperan penting. Teleportasi kuantum memungkinkan transfer informasi atau keadaan kuantum dari satu tempat ke tempat lain tanpa perpindahan fisik partikel, sedangkan komputasi kuantum menggunakan entanglement untuk melakukan perhitungan yang jauh lebih cepat daripada komputer klasik. Fenomena entanglement terus menjadi subjek penelitian intensif dalam fisika kuantum, dan pemahaman lebih lanjut tentang hal ini dapat membawa kita lebih dekat kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang alam semesta subatomik. Meskipun masih banyak misteri yang harus dipecahkan, entanglement adalah salah satu contoh paling mencolok dari betapa aneh dan mengagumkannya alam semesta kuantum yang masih perlu kita telusuri lebih dalam. Quantum entanglement menawarkan prospek yang luar biasa di masa depan, baik dalam ilmu pengetahuan maupun aplikasi teknologi. Dalam bidang komunikasi, keterkaitan kuantum dapat digunakan untuk menciptakan jaringan komunikasi yang sangat aman melalui distribusi kunci kuantum (Quantum Key Distribution, QKD), yang hampir mustahil untuk diretas. Teknologi ini diharapkan dapat melindungi sistem komunikasi militer, perbankan, dan infrastruktur digital kritis dari ancaman siber. Selain itu, komputasi kuantum yang memanfaatkan entanglement memiliki potensi untuk menyelesaikan masalah optimasi kompleks, mempercepat simulasi molekul untuk penelitian farmasi dan material baru, serta memecahkan algoritma matematika yang tidak dapat diselesaikan komputer klasik. Dengan kemampuan ini, komputer kuantum berpotensi membuka jalan bagi inovasi besar di bidang kecerdasan buatan, riset kesehatan, hingga eksplorasi ruang angkasa. Lebih jauh lagi, entanglement dapat menjadi dasar bagi pembangunan internet kuantum, yang memungkinkan transfer data dalam skala global dengan kecepatan tinggi dan keamanan maksimal, sekaligus menghubungkan superkomputer di seluruh dunia untuk kolaborasi ilmiah. Dalam bidang navigasi, teknologi berbasis keterkaitan kuantum dapat menggantikan GPS dengan sistem yang lebih andal dan tidak memerlukan sinyal satelit, sehingga sangat ideal untuk kapal, pesawat, dan eksplorasi bawah laut. Selain aplikasi praktis, entanglement juga memberikan peluang besar dalam penelitian fisika fundamental, seperti memahami gravitasi kuantum dan eksperimen terkait struktur alam semesta pada skala terkecil, yang bisa menjadi langkah menuju Teori Segalanya (Theory of Everything). Di masa depan, teleportasi kuantum, yang memungkinkan transfer data tanpa media fisik, berpotensi menjadi dasar teknologi komunikasi ultra-cepat antar planet, mendukung eksplorasi ruang angkasa dan penelitian antar galaksi. Secara keseluruhan, quantum entanglement tidak hanya menjanjikan kemajuan teknologi yang revolusioner, tetapi juga membawa kita lebih dekat pada pemahaman mendalam tentang alam semesta dan berbagai misterinya, menjadikannya landasan untuk membangun teknologi generasi berikutnya yang mampu mengubah cara kita hidup dan berinteraksi.

Rangkaian Tinkercard
Rangkaian Tinkercard

Eksperimen Bell sederhana yang ditunjukkan pada prototipe ini menggunakan Arduino Uno, tombol, dan buzzer untuk memberikan simulasi analogi dari pengujian teorema Bell dalam fisika kuantum. Teorema Bell berkaitan dengan quantum entanglement, yang membuktikan bahwa partikel kuantum yang terkait (entangled) menunjukkan sifat yang tidak dapat dijelaskan oleh teori klasik atau variabel tersembunyi lokal. Dalam eksperimen Bell, pengukuran pada satu partikel dalam sistem entangled akan mempengaruhi hasil pengukuran partikel lain secara instan, bahkan pada jarak jauh. Prototipe ini menggunakan tombol sebagai alat pengukur yang mensimulasikan aksi pada satu partikel, dan buzzer sebagai reaksi dari partikel entangled lain. Ketika tombol ditekan, buzzer berbunyi, menunjukkan hubungan instan antara dua partikel yang terhubung. Rangkaian ini menyederhanakan gagasan keterkaitan kuantum; meskipun dalam eksperimen Bell asli tidak ada sinyal fisik seperti kabel yang menghubungkan dua partikel, simulasi ini tetap merepresentasikan hubungan kausal antara dua komponen, mirip dengan hasil eksperimen Bell yang menunjukkan non-lokalitas dalam fisika kuantum. Prototipe ini terdiri dari Arduino Uno untuk memproses sinyal input dari tombol dan mengatur output ke buzzer, tombol yang berfungsi sebagai pemicu simulasi pengukuran partikel pertama, dan buzzer yang mensimulasikan respons instan dari partikel kedua. Ketika tombol ditekan, Arduino mendeteksi perubahan kondisi (HIGH/LOW) yang diterjemahkan sebagai "pengukuran" pada partikel pertama, lalu memicu buzzer untuk menghasilkan bunyi sebagai reaksi dari partikel kedua yang terhubung. Dalam eksperimen Bell asli, pengukuran pada dua partikel dilakukan dengan parameter orientasi tertentu untuk menunjukkan korelasi statistik yang melanggar ketidaksetaraan Bell. Di sini, korelasi tersebut digantikan oleh logika sederhana yang diprogram dalam Arduino. Meskipun sistem ini memiliki keterbatasan, seperti penggunaan koneksi fisik berupa kabel yang tidak mencerminkan non-lokalitas kuantum dan kesederhanaan sistem yang hanya menunjukkan hubungan deterministik langsung antara tombol dan buzzer, prototipe ini tetap menjadi analogi yang berguna untuk memahami dasar eksperimen Bell dan konsep quantum entanglement. Prototipe eksperimen Bell sederhana ini berhasil merepresentasikan konsep dasar quantum entanglement dengan menunjukkan hubungan instan antara dua partikel terkait menggunakan Arduino, tombol, dan buzzer. Meskipun masih bekerja dalam domain klasik dengan koneksi fisik, simulasi ini memberikan gambaran awal tentang fenomena non-lokalitas kuantum dan keterkaitan partikel yang menjadi inti dari teorema Bell. Untuk pengembangan lebih lanjut, disarankan menambahkan fitur simulasi statistik, teknologi nirkabel untuk menggambarkan non-lokalitas lebih realistis, dan visualisasi data berbasis software agar prototipe ini lebih representatif sebagai alat edukasi di bidang fisika kuantum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun