Menjalani hidup lebih sehat mungkin salah satu resolusi paling populer di tahun 2021 ini. Setelah selama satu tahun sebelumnya masyarakat dunia seolah dipaksa untuk memprioritaskan Kesehatan dibanding aspek kehidupan lainnya.Â
'Sehat' dan 'kesehatan' dalam perspektif psikologi memiliki makna yang relatif subjektif. Kapan kita bisa menyatakan diri sebagai pribadi yang sehat? Apakah kebahagiaan adalah syarat menjadi sehat? Ataukah ini berkaitan dengan kemampuan kita mengatasi persoalan hidup? Apakah kita perlu memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang sekitar?
Definisi 'sehat mental' ini telah lama dikembangkan oleh banyak ahli melalui perspektif Psikologi. Dari Sigmund Freud yang mendefinisikan sehat sebagai kemampuan untuk bekerja dan mencintai, Abraham Maslow yang melihat pribadi sehat berkorelasi dengan aktualisasi diri, Viktor Frankl yang menyatakan pentingnya seseorang memiliki makna hidup, dan Carl Rogers yang menyorot aspek sehat dari keberfungsian manusia secara utuh.Â
Para ahli ini percaya bahwa konsep sehat mental bukan sekedar ketiadaan stress buruk. Lebih luas lagi, sehat mental akan mendorong individu mencapai sesuatu. Semakin sehat seseorang, ia akan lebih banyak memberi, menciptakan, dan fokus pada kontribusi.
Tahun 2020 bagi banyak orang adalah tahun paling penuh dengan perubahan radikal. Jika Anda membaca tulisan ini, Anda adalah penyintas dari stressor luar biasa yang tidak terprediksi sebelumnya. Bentuknya mungkin berbeda bagi tiap orang: homeschooling sambil tetap bekerja, kehilangan pekerjaan, kematian orang-orang terdekat, kesulitan finansial, issue politik dan sosial yang tak kunjung henti.Â
Sangat sulit mengukur betapa luasnya penyebab stress yang dialami sebagian besar populasi akibat pandemi ini. Tapi jika Anda mampu bertahan, itu adalah bukti tak terbantahkan bahwa Anda memiliki kekuatan dan sumber daya untuk mengatasi kesulitan.
Lalu apa yang bisa dipersiapkan agar 2021 ini kita bisa bergerak lebih baik dalam upaya menjadi individu yang sehat?
Pertama, ukur kesenjangan
Ketika kurang memiliki keseimbangan hidup, ini artinya ada kesenjangan yang cukup besar pada penempatan energi kita. Sebagian kesenjangan ini mungkin terlihat jelas, seperti ketika kita menghabiskan terlalu banyak waktu pada pekerjaan sehingga kurang memiliki waktu untuk keluarga. Akibatnya, muncul problem emosional yang dirasakan diri sendiri dan orang lain.Â
Tetapi mungkin juga ada situasi yang kurang jelas untuk diidentifkasi, padahal keseimbangan hidup kita sebenarnya sedang terganggu. Ini dapat terjadi pada kita yang begitu sibuk dengan rutinitas harian atau rangkaian tugas sehingga aspek penting lain dari kehidupan seolah tidak nampak.Â
Terkadang tanpa sadar kita begitu mempercayai gagasan bahwa seseorang harus mencurahkan seluruh energi mereka pada satu bidang agar mencapai kesuksesan. Periksa segera apakah kita merasakan tanda-tanda seperti : letih sepanjang waktu, tidak terhubung dengan orang-orang sekitar, muncul perilaku menghindar, lebih sensitif dan mood cepat berubah, atau motivasi kurang stabil.