Aku sangat teguh pada pendirianku. Aku tidak akan membiarkan siapapun untuk meruntuhkan pendirian kuatku ini. Sampai-sampai kau harus tau, aku kesulitan untuk membentuk jalinan pertemanan karena sifatku yang menyebalkan dan keras kepala ini.
Awalnya, aku mempunyai banyak teman, lama-lama mereka menjauhiku karena sifatku ini. Aku juga bersalah karena selalu egois dan ingin menang sendiri.
Hingga suatu hari aku sadar, ternyata manusia tidak bisa hidup sendiri. Aku butuh teman. Tetapi apa yang sudah ku lakukan? Aku selalu merasa benar dan seolah-olah tidak pernah salah.
Aku hanya marah dengan keadaan dan iri jika tidak memiliki apa yang mereka miliki. Bagaimana ini bisa terjadi?
Aku hanya diam. Tak berani mengatakan isi hatiku yang selanjutnya.
Hingga suatu hari, ditepuklah bahuku oleh seseorang berbaju putih, mengatakan supaya aku melunturkan egoku, menjalin kembali silaturahmi yang sempat terputus, memperbaiki perasaan ku, dan kembali menjadi aku yang biasa.
Ternyata, itu hanyalah mimpi! Seseorang berbaju putih itu masuk ke dalam mimpiku. Aku bingung dengan perkataannya.
Setelah lama aku pahami perlahan-lahan perkataannya dan mulai ku rangkai kejadian satu demi satu. Hingga ku putuskan untuk memaafkan hatiku dulu. Supaya ia tak iri, sekeras batu, dan mudah menyalahkan keadaan.
Perlahan tapi pasti, akan ku rangkai lagi, akan ku rajut lagi, akan ku jahit lagi, apa yang sudah aku robek.
Terimakasih untuk siapapun yang tetap bertahan dan mengatakan apa yang harus aku perbaiki serta memberikanku masukan supaya aku bisa berkembang menjadi insan yang lebih baik.
Tetapi untuk sementara ini biarkan aku menjauh dan jangan bertanya. Itu saja. Tetapi aku ingin kau bertanya sekali saja meskipun itu adalah bentuk rasa penghormatan seorang kawan atau hanya sekedar basa basi belaka.