Pukul delapan malam, suasana luar sudah sepi, dan hanya ada suara angin yang berhembus. Begitu juga toko roti Lusi, hanya ada dia, bangku-bangku kosong, serta etalase roti yang hampa. Tapi Lusi bahagia karena hari ini tidak banyak roti yang tersisa. Hanya ada dua donat dengan toping keju dan coklat.Â
"Aku bisa membawa donat ini pulang, untuk makan malam hari ini," Ucap Lusi, senyum bahagia terpancar dari wajahnya.Â
Segera dia bersiap-siap untuk meninggalkan toko. Tapi Lusi si rajin, dia tidak ingin meninggalkan toko dengan keadaan berantakan. Lusi menyapu ruangan hingga bersih kembali, setelah itu dia mematikan lampu-lampu yang tidak digunakan. Baru kemudian, Lusi keluar dan mengunci pintu toko.
Sejenak Lusi terdiam, melihat suasana Selasa malam ini. Sangat sepi, semua orang mungkin sudah sampai rumah dan istirahat. Tidak berpikir untuk keluar rumah karena sepanjang hari yang melelahkan.
"Sepi tidak masalah, ada bulan yang bersinar terang. Jalanan akan terasa berbeda malam ini, lampu-lampu jalanan yang redup dibantu sinar bulan yang sangat terang. Aku bisa sedikit bernyanyi saat menyetir motor nanti."
"Meong, meong, meong," Suara kucing,
"Wah, kucing ini lagi. Kenapa kamu datang saat toko sudah ditutup?"
"Meong,"Â
Kucing putih dengan kedua telinga berwarna orange, sepertinya sengaja datang setiap hari setelah toko ditutup. Kucing berbulu tebal bersuara lembut, menyapa Lusi yang terlihat letih saat sampai di tempat parkir.Â
"Aku mungkin terlihat lelah kucing, tapi aku bahagia hari ini. Apa kamu mau donat?" Lusi mencuil setengah bagian donat dan diberikan ke kucing.Â