Masjid ini dibangn pada tahun 1901 atas prakarsa seorang ulama bernama Engku Muda Songkal, sebagai panitia pembangunannya adalah yang disebut dengan "Ninik Mamak Nan Dua Belas" yaitu para ninik-mamak dari berbagai suku yang ada dalam seluruh kampung. Tahun 1904 masjid ini selesai dibangun dan diresmikan oleh seluruh masyarakat Air Tiris dengan menyembelih 10 ekor kerbau.
Arsitektur
Masjid Jami Kenegrian Airtiris di Kabupaten Kampar memiliki ciri khas dibangun tidak menggunakan paku. Baru setelah direnovasi beberapa kali dan ada penambahan fasilitas di dalamnya, masjid itu mulai menggunakan paku. Selain itu ada ciri khas lainnya.
Bangunan Masjid Jami Kenegrian Airtiris di Kabupaten Kampar sarat makna. Masjid itu memiliki 40 tiang, yang bermakna jumlah minimal jamaah untuk Salat Jumat. Adapun 12 tiang besar bermakna ada 12 ketua ninik mamak dalam persukuan yang ikut andil dalam musyawarah pembangunan masjid Jami.
Peran Sosial
 Masjid Jami' Air Tiris tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga memiliki peran sosial yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat sekitar. Sebagai pusat kegiatan sosial, masjid ini menjadi tempat yang menyatukan warga untuk berbagai kegiatan yang bermanfaat. Beberapa peran sosial yang dimainkan oleh Masjid Jami' Air Tiris antara lain:
Pusat Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Masjid Jami' Air Tiris turut berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui penyelenggaraan pendidikan formal dan non-formal. Beberapa sekolah dan lembaga pendidikan yang berafiliasi dengan masjid ini memberikan kesempatan bagi anak-anak dan remaja di sekitar untuk mendapatkan ilmu, baik dalam bidang agama maupun keterampilan hidup. Ini menjadi sarana penting untuk membekali generasi muda dengan pengetahuan yang berguna dalam kehidupan mereka.
Tempat Kegiatan Sosial dan Kemanusiaan
Masjid ini sering menjadi tempat dilaksanakannya berbagai kegiatan sosial, seperti pengajian, pelatihan keterampilan, dan bakti sosial. Misalnya, pengajian rutin untuk memperdalam pemahaman agama, pelatihan keterampilan untuk pemberdayaan ekonomi, serta berbagai kegiatan amal seperti distribusi bantuan untuk warga yang membutuhkan. Semua kegiatan ini menghubungkan masyarakat dan memperkuat solidaritas sosial antarwarga.
Pusat Perayaan Hari Besar dan Tradisi Keagamaan
Masjid Jami' Air Tiris memainkan peran sentral dalam merayakan hari-hari besar Islam, seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, dan Isra Miraj. Selain sebagai tempat untuk ibadah, masjid ini juga menjadi ruang untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. Perayaan hari besar ini tidak hanya diwarnai dengan ibadah, tetapi juga dengan berbagai kegiatan sosial seperti pembagian makanan, doa bersama, dan pemberian zakat.
Tempat Diskusi dan Musyawarah Masyarakat
Sebagai simbol persatuan, masjid ini juga menjadi tempat bagi masyarakat untuk berkumpul, berdiskusi, dan merencanakan kegiatan yang bermanfaat bagi komunitas. Musyawarah yang melibatkan berbagai elemen masyarakat sering diadakan di masjid ini, baik dalam hal urusan agama, sosial, maupun budaya. Diskusi semacam ini memperkuat rasa kebersamaan dan gotong-royong dalam masyarakat.
Pelestarian Budaya dan Identitas Lokal
Masjid Jami' Air Tiris juga berperan dalam melestarikan budaya lokal. Berbagai acara budaya yang diselenggarakan di masjid, seperti pertunjukan seni dan pameran, menjadi sarana untuk memperkenalkan warisan budaya daerah kepada generasi muda dan pengunjung dari luar daerah. Dengan demikian, masjid ini tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga pusat kebudayaan yang menjaga keberagaman tradisi lokal.
Ketahanan Sosial dan Spiritual Komunitas
Masjid Jami' Air Tiris telah terbukti menjadi tempat yang memberikan ketahanan sosial dan spiritual bagi masyarakat. Keberadaannya yang kokoh, baik secara fisik maupun spiritual, memberikan rasa aman dan nyaman bagi umat Muslim di sekitar. Bahkan dalam situasi-situasi sulit, seperti bencana alam atau krisis sosial, masjid ini tetap menjadi tempat perlindungan dan kekuatan bagi masyarakat.