Mohon tunggu...
Ega Rhama
Ega Rhama Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Murid sekolah

Saya murid al Azhar

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Apakah Prabowo Menjadi Presiden di Tahun 2024?

15 November 2023   14:10 Diperbarui: 15 November 2023   14:20 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasil Pilpres 2019 sangat membuktikan bahwa Jokowi-Amin Ma'ruf telah menang. Menurut temuan resmi KPU dan rapid count yang dilakukan oleh lembaga survei independen, Jokowi-Amin Ma'ruf memperoleh 55,5% suara, sedangkan Prabowo-Sandiaga memperoleh 44,5%. Bahkan dengan proses pengadilan terhadap Mahkamah Konstitusi, kemampuan Prabowo untuk mengubah suaranya tampaknya terbatas. Tidak mungkin tuduhan penipuan yang terus-menerus akan berhasil mengubah keadaan.

Sementara itu, hasil pemilihan presiden telah diakui oleh dunia global. Keramahan telah diperluas ke Jokowi oleh negara-negara sahabat. Jadi, di manakah "wajah" Indonesia, salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, jika putusan Mahkamah Konstitusi menang atas Prabowo? Desakan Prabowo bahwa dia ditipu untuk meraih kemenangan tidak akan membuat perbedaan dalam keadaan.

Ini berbeda dengan situasi Donald Trump, di mana dia secara konsisten "mengancam" bahwa jika dia kalah, itu akan menunjukkan bahwa dia telah ditipu. Dia percaya bahwa pemilihan presiden 2016 adil dan tanpa penipuan begitu tiba-tiba terungkap bahwa dia akan menang. Kasus Prabowo akan sama jika dia kalah. Sebaliknya, dia mungkin membantah tuduhan bahwa dia curang karena Rusia membantunya menang karena sekarang hanya ada sedikit bukti yang mendukungnya.

Prabowo telah dua kali kalah dalam pemilihan presiden. Dia adalah salah satu kandidat yang dikalahkan oleh SBY-Boediono dalam Pemilihan presiden 2009, mencalonkan diri sebagai wakil presiden (vice president) bersama Megawati. Sementara itu, Jokowi-Jusuf Kalla mengalahkan Hatta Radjasa, wapres, pada Pilpres 2014 dengan perolehan suara 53,15% berbanding 46,75%.

Mengingat usianya yang masih sangat mendukung 73 tahun (lahir 17 Oktober 1951) ia tampaknya memiliki satu kesempatan lagi untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada perlombaan 2024-2029. Baik spirit dan Abyssinia tampak menyala terang hari ini. Perdana menteri berkuasa terakhir yang tersisa di Malaysia tidak lain adalah Mahathir yang berusia 94 tahun, yang kemungkinan besar akan menyamai kegigihan dan dorongan Prabowo. Selanjutnya Gerindra naik dari posisi Golkar sebesar 12,31% menjadi parpol terbesar kedua dengan perolehan suara 12,59% pada Pilkada 2019.

Peluang Prabowo semakin besar karena, pada tahun 2024, ketidaklayakan Jokowi dari jabatannya dapat menghalangi pemimpin nasional mana pun untuk menantangnya. Oleh karena itu, ia berpeluang menjadi presiden Republik Indonesia pada tahun 2024 jika dapat mengembangkan kekuatan positif selama empat hingga lima tahun ke depan dengan merangkul partai politik lain dan merendahkan sikap agresifnya.

penulis : egarhama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun