Terlihat kan perubahannya? Yang gak bisa lihat, kelewatan. Bacanya.
Menurut saya, adanya perubahan ini bersumber dari pengaruh lingkungan pergaulan. Di kantor (saya), bapak2 usia 42 tahun nyambung2 saja ketawa-ketiwi dengan saya yang usia 24. Selera humor antara generasi berbeda satu, dua atau tiga dasawarsa bisa serupa. Meskipun memang ada tata kramanya sendiri, boleh dikatakan dalam lingkungan yang sama setara, beda usia tidak  jadi masalah untuk yang muda menggauli yang tua. Pun yang tua menggauli yang muda.
Coba bandingkan. Lihat waktu anda ke belakang. Gaul ala anak SD dan gaul ala anak SMA saja beda jauh. Padahal selisih usia Cuma 3-6 tahun saja. Lingkungannya beda, cara gaulnya juga beda.
Karena saya terbiasa berada di lingkungan om2 beraneka usia dari 20an, 30an, 40an hingga 50an, maka secara tidak sadar saya beradaptasi untuk berpembawaan seperti beliau2 yang sudah lebih dulu ada di kantor. Jadilah saya salah seorang dari mereka. Om-om. Di mata anak-anak SMA. Cih.
Oiya sedikit membahas isu hangat dengan harapan terlihat mutakhir, mari kita lihat lagi fenomena yang kini sedang viral. Gagal move on dari masa kecil kelewat bahagia (MKKB) oleh kaum 90an. Untuk tahun 2014, umat generasi inilah yang tidak mau ngaku tua tapi mengakui bahwa era kanak2nya telah lama lewat. Berganti era dengan kanak2 masa kini yang jauh berbeda bentuk pergaulannya.
Sadarlah hey, anda sudah om-om! Umur 20-25 tahun bukan lagi saatnya berburu angpau dari pakdhe dan budhe, om!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H