[caption caption="Film The Passion of Christ, 2004. Gambar: www.imdb.com/title/tt0335345/"][/caption]
Pada Minggu dinihari Maria pergi ke kubur Yesus yang pada Jumat sebelumnya dihukum mati dipaku di kayu salib. Maria sudah tahu bahwa anaknya ini akan bangkit pada hari ketiga sehingga ia buru-buru pergi ke kubur Yesus membawa baju baru untuk Yesus. Yesus menyambut kedatangan Maria dan segera mengenakan baju baru buatan Maria.
“Paskah?” tanya Maria.
“Pas banget, Bu.” Jawab Yesus.
Sejak itu perayaan kebangkitan Yesus yang selalu jatuh pada Minggu disebut hari “Paskah” oleh orang Kristen.
Tidak usah gusar. Cerita di atas tentulah bukan kejadian sebenarnya. Itu adalah guyonan ketika saya masih remaja dan guyonan ini banyak dikenal oleh kalangan remaja Kristen pada masa saya.
Istilah “Paskah” sendiri sebenarnya kurang tepat penulisannya. Mirip orang tempo dulu menulis kata “Eropah”. Menurut pakar liturgi H. A. van Dop dalam karya-tulisnya “Theologia Paschalis” yang benar adalah Paska, karena kata Paska diambil dari bahasa Yunani Paskha, yang menyerap bahasa Ibrani Pesakh. Huruf kh pada abjad Ibrani sudah pindah tempat di dalam bentuk Yunaninya, sehingga bunyinya dalam bahasa Latin menjadi Pasca (baca: paska). Demikian juga dalam bahasa Spanyol dan Portugis yang melatarbelakangi bunyi kata Indonesianya. Tambahan h menjadi tidak perlu sehingga penulisannya adalah Paska, bukan Paskah. Dalam pada itu kata pasca pada kata pasca-sarjana, pascapanen, dan lain sebagainya diambil dari kata Sanskerta pasca (baca: pasca dengan c seperti kata cocok).
Tidak ada hari raya Kristen yang lebih besar daripada Paska. Jantung iman Kristen terletak pada Paska. Tidak ada Paska berarti tidak ada kekristenan. Itulah sebabnya keempat kitab Injil dalam kitab suci Kristen, Alkitab, kesemuanya memberitakan Paska yaitu kebangkitan (resurrection) Yesus. Bandingkan dengan perayaan Natal. Dari keempat Injil hanya dua Injil yang memberitakan kelahiran Yesus alias Natal. Ini makin menegaskan bahwa jantung iman Kristen adalah Paska, bukan Natal. Namun perayaan Natal selama ini jauh lebih meriah daripada Paska. Barangkali Natal sangat berdekatan dengan malam pergantian tahun sehingga penuh romantika? Entahlah.
Kematian Yesus
Jika Paska adalah perayaan kebangkitan Yesus yang kemudian dikenal dengan Yesus Kristus (atau Almasih, yang diurapi), pertanyaan adalah Yesus bangkit dari apa? Jawabannya tidak lain dan tidak bukan bangkit dari kematian. Alkitab bukanlah buku sejarah, juga bukan buku yang penulisannya diunduh langsung dari surga. Di dalam Alkitab banyak dijumpai kisah-kisah fiksi bukan-historis. Namun demikian ada juga anasir sejarah yang ditulis lewat subjektivitas penulisnya. Anasir sejarah, bukan sejarah itu sendiri. Misal, Babad Tanah Jawi itu bukan buku sejarah, walau ada anasir sejarah.
Melanjutkan pertanyaan di atas apakah Yesus benar-benar mati? Keempat Injil kanonik (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes) memberitakan kematian Yesus yang dijatuhi hukuman mati lewat kayu salib. Bukti keempat Injil ini barangkali diragukan oleh sejumlah kalangan, karena ini dianggap propaganda. Jika memang demikian, pertanyaannya apa perlunya jemaat Kristen perdana memberitakan pemimpin rohani mereka yang mati dengan cara sangat memalukan? Tidak ada alasan bagi jemaat Kristen perdana untuk menutup-nutupi, karena hukuman mati terhadap Yesus merupakan fakta sejarah.