Mohon tunggu...
Effrillia Rizki Fauzia
Effrillia Rizki Fauzia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Malang Gadis Belia dalam Novel "Gadis Pantai"

12 Mei 2018   22:04 Diperbarui: 12 Mei 2018   22:19 2248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadis Pantai merasa sangat sedih karena kepergian pelayan setianya. Gadis Pantai berpikir tentang banyak hal, bagaimana bisa orang sebaik itu harus menanggung nasib seberat ini. Ia sangat ingin tahu dimana keberadaan pelayan tersebut, namun tak satupun orang seisi rumah tahu kemana pelayan itu pergi. Menurutnya, mereka yang telah keluar dari gedung ini bila bukan kerabat bendoro, adalah laksana roh-roh yang tidak memiliki suatu bekas.

Tidak lama sejak kepergian pelayan setianya, Bendoro Putri Demak mengutus seorang pelayan wanita muda bernama Mardinah sebagai pelayan untuk bekerja di rumah Bendoro dan membantu Gadis Pantai. Tetapi Mardina bukanlah orang dari Desa, Mardinah mengaku bahwa ayahnya adalah seorang Jurutulis, Mardinah bisa membaca, ia lahir di Kota Semarah dan umurnya 14 tahun. Gadis pantai merasa gelisah hatinya saat kedatangan Mardinah.

Gadis pantai mencoba lebih memperhatikan Mardinah, berparas cantik, tubuh yang lebih tinggi darinya, kulit yang bersih, gadis pantai pun mengakui bahwa Mardinah terlalu cantik untuk menjadi pelayannya. Terlebih Mardinah bersikap kurang baik terhadap gadis pantai. Bahkan berniat ingin membunuh gadis pantai dan ingin menggantikan posisi gadis pantai untuk menikah dengan Bendoro.

Lalu gadis pantai mulai menyadari bahwa pernikahannya adalah suatu percobaan dan kelak Bendoro akan menikah lagi dengan wanita yang sederajat golongannya. Setelah banyak kejadian dan hal yang terjadi antara Gadis Pantai dan Mardinah, Gadis Pantai lalu memintaizin kepada Bendoro untuk berkunjung ke kampung nelayan menemui orang tuanya. Saat sesampainya di kampung nelayan, Gadis Pantai sangat merasa diperlakukan berbeda oleh warga kampung, ia merasa bahwa ia sangat disegani di kampung nelayan, dan warga kampung merasa canggung saat berinteraksi dengan Gadis Pantai. Hal tersebut membuat gadis pantai merasa sedih dan sakit hati.

Sepulangnya dari kampung nelayan, Gadis Pantai dikabarkan telah mengandung. Semua orang mengharapkan Gadis Pantai melahirkan seorang bayi laki-laki, akan tetapi ia melahirkan seorang bayi perempuan. Setelah 3 bulan anak itu lahir di dunia, Bendoro belum pernah mengunjungi bayi itu, sampai suatu hari bapak Gadis Pantai datang ke rumah Bendoro untuk menjemput Gadis Pantai.

Ternyata Bendoro telah menceraikan Gadis Pantai, lalu diusirlah Gadis pantai dari rumah Bendoro. Bendoro tidak mengizinkan Gadis Pantai untuk membawa bayinya, saat Gadis Pantai berusaha membawa bayinya, Bendoro merebut paksa bayi tersebut. Inilah akhir kisah seorang Gadis Pantai yang tragis.

Amanat :

Dalam novel ini juga terdapat beberapa amanat di dalamnya. Diantaranya edukasi untuk selalu menghargai sesama manusia. Hal yang utama adalah mengabdi kepada Tuhan, bukan kepada manusia yang dijunjung sebagai penguasa dunia. Wanita bukanlah sebuah percobaan atau sekedar peneman seks melainkan adalah seseorang yang harus dihargai, dihormati, dan dilindungi. Jangan memperlakukan seseorang semena-mena sekalipun dia hanya seorang pelayan. Kekuasaan bukanlah sebuah alas an seseorang untuk menjadi sombong, berbuat adillah dan tetp rendah hati.

Judul : Gadis Pantai

Penulis : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit : Lentera Dipantara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun