Pikiranku sudah bulat. Seperti yang telah kusebutkan sebelumnya, aku sangat percaya diri, bahkan, lebih tinggi dari keputusan yang ditimbang matang. Ketika aku mengatakan pergi merantau, maka pada detik aku mengatakannya, aku harus melaksanakannya segera mungkin dengan bertekad kuat.
"Aku nggak akan bayar kuliahmu, kalau kau mau melanjutkan, silakan. Tapi seperserpun nggak akan keluar dari Bapak."
Aku berdiri tegak di bawah bunyi kegelapan yang hening. Ucapan Bapak memberikankuu dorong kuat agar pergi menjauh.Â
Kekecewaan yang bertakar kecil, bibirku tertahan rapat menahan amarah. Aku tidak lagi memikirkan apapun selain aku harus meninggalkan kota ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H