ESport atau gim elektronik mengalami perkembangan pesat dari tahun ke tahun. Pasarnya pun begitu menjanjikan, bersamaan dengan tantangan yang harus dihadapi.
Jika mengacu data Newszoo, mengutip situs Indonesia.go.id, maka kita bakal tahu bahwa pasar eSport di Indonesia mencapai USD880 juta pada 2017. Tidak sampai di situ, pendapatan tersebut meningkat menjadi USD941 juta pada 2019.
Antusiasme orang Indonesia sangat tinggi terhadap gim elektronoik.Â
Sebagai contoh, turnamen PUBG Mobile tingkat internasional didominasi oleh penonton tayangan berbahasa Indonesia dengan 2,1 juta lebih orang pada 26 Januari 2021, melansir hybrid.co.id mengutip eSports Charts.
Seiring pertumbuhan itu, profesi atlet eSport sudah menjadi cita-cita anak-anak muda. Ini adalah pencapaian positif di tengah kemajuan era digital dan internet cepat.
Di setiap kemajuan, tentu ada tantangan yang harus dihadapi. Mulai dari hal klasik, seperti anggapan buruk beberapa orang dalam menilai gim elektronik.Â
Banyak waktu terbuang percuma, demikian bunyi yang jamak terdengar.Â
Ini menjadi salah satu pendapat toxic yang menekan orang untuk mudah menyerah pada zaman internet andal.
Keraguan tersebut dapat terbantahkan. Gim elektronik membutuhkan keterampilan, kerja sama tim, kemampuan membangun strategi dan berpikir kritis.
Kita juga melihat saat ini sejumlah institusi menawarkan program untuk membina para pemain gim elektronik untuk mematangkan mereka sebagai atlet terbaik. Mereka punya kesempatan untuk membangun karir menjadi atlet profesional.