Paris Saint-Germain (PSG) Feminin mencatatkan sejarah meraih trofi pertama Liga Prancis divisi wanita atau Divisi 1 Feminine 2020-2021. PSG Feminin menang 3-0 atas Dijon pada pertandingan terakhir musim ini, Sabtu, 5 Juni 2021.
Sepak bola wanita memang jarang menjadi tontonan banyak orang dibanding klub laki-laki. Hal ini yang membuat sepak bola identik dengan laki-laki.
Di stadion, paling banter, penonton yang datang menyaksikan pertandingan tim putri adalah official tim dan keluarga terdekat.
Namun, kesenjangan tersebut dihapuskan Ultras Paris. Mereka setia mendampingi kesebelasan wanita Paris Saint-Germain. Bahkan, dukungan diberikan saat mereka menghadapi laga tandang di luar negeri.
Nyala flare, bentangan spanduk dan nyanyian dari lelaki berkaos hitam dan bertelanjang dada disemarakkan untuk menyemangati pemain putri.
Perilaku Ultras Paris boleh dikatakan unik dibandingkan ultras klub lainnya. Setidaknya, jarang sekali ultras klub menjadi pendukung tim wanita.
Sejarah dukungan Ultras Paris terhadap klub putri Paris Saint-Germain
Dukungan Ultras Paris terhadap pemain putri Paris Saint-Germain tidak lepas dari pasang surut hubungan suporter dan klub. Kejadian bermula ketika pemerintah Paris dan manajemen klub menjatuhkan sanksi berat kepada suporter PSG.
Belasan ribu suporter dilarang datang ke pertandingan kandang dan tandang klub putra PSG. Sanksi diberikan menyusul insiden kematian suporter Yann Lorence selama perkelahian suporter PSG dari stand Boulogne dan Auteuil.
Suporter PSG selama ini memang terbelah. Perselisihan dua kelompok besar Boulogne Boys dan Virage Auteuil beberapa kali berakhir pada perang saudara demi menunjukkan eksistensi mereka, ditambah lagi perbedaan generasi tua-muda di antara keduanya.
Larangan ultras menyaksikan pertandingan diberlakukan pada 2010. Setahun kemudian, saat Qatar Sports Investments (QSI) mengambil alih PSG, sanksi itu semakin diperketat.