Sneaker tidak sekadar menjadi alas kaki untuk para atlet, tetapi berkembang menjadi tren dan kultur bagi masyarakat urban. Seiring zaman, tren sneaker saat ini bergerak dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan perubahan iklim.
Beberapa produsen menjawab masalah tersebut dengan menghadirkan produk berkonsep eco-friendly. Converse misalnya mengembangkan produk Chuck Taylor All Star Crater yang berbahan serat daur ulang untuk mengurangi dampak karbon.
Kita patut berbangga sebab Indonesia mampu memproduksi bio sneaker sendiri.
Hal ini terungkap ketika Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno bersama kalangan pengusaha meluncurkan produk bio sneaker di kantor Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Jakarta, Selasa, 18 Mei 2021.
Terbuat dari gabah
Bio sneaker buatan Indonesia dikembangkan melalui kerja sama riset Kementerian Pertanian dan industri kompon karet PT Triangkasa Lestari Utama. Penelitian bio sneaker berlangsung selama kurang lebih tiga tahun.
Inovasi datang akibat masalah di dunia pertanian. Bahan bio snekers adalah biosilika yang berasal dari gabah. Di tiap butir gabah, terkandung 20 persen sekam.
Masalahnya, sekam mempunyai nilai ekonomi rendah dan cenderung menimbulkan masalah lingkungan. Sedangkan tiap tahunnya, produksi limbah sekam di Indonesia mencapai 11 juta ton.
Persoalan limbah sekam ini akhirnya dijawab Balitbang Pascapanen Kementan bersama PT Triangkasa Lestari Utama untuk menghasilkan produk inovatif bio sneaker.
Peneliti nanobiosilika Balitbang Pascapanen Kementan, Hoerudin menjelaskan, sekam mengandung 15-20 persen silika yang biasa dimanfaatkan di beberapa industri besar seperti karet, cat, kaca, dan di sektor pertanian sebagai pupuk.
Unit produksi biosilika terletak di Karawang, Jawa Barat, yang terintegrasi dengan penggilangan padi. Hal ini memudahkan produsen dalam menjamin ketersedian bahan baku. Â