Film Quo Vadis, Aida? mengisahkan detik-detik peristiwa menjelang eksekusi pasukan Serbia Bosnia terhadap warga sipil lelaki di Srebrenica, Bosnia dan Herzegovina pada 1995.
Dirilis pada 2020, film ini diangkat berdasarkan kisah nyata, mengambil sudut pandang seorang staff PBB bernama Aida Selmanagic. Dalam pusaran konflik, Aida berprofesi sebagai penerjemah bahasa untuk United Nations in operation United Nations Protection Force (UNPROFOR) dari Belanda.
Bagi orang yang mengetahui riwayat genosida Srebrenica, mudah untuk mengikuti alur cerita. Meski demikian, alur cerita dibuat seringkas mungkin dengan fokus pada penokohan Aida.
Hal ini tentunya membantu penonton yang belum mengetahui sejarah genosida Srebrenica dan memiliki keinginan untuk menelusuri lebih jauh gelapnya periode perang saudara pasca runtuhnya Yugoslavia.
Quo Vadis Aida? (Kita) Akan kemana, Aida? Ini adalah pertanyaan yang dilontarkan ribuan warga sipil Srebrenica yang mengungsi di pangkalan PBB.
Peperangan membuat keadaan tak menentu dan mereka selalu di bawah bayang-bayang ancaman serangan pasukan Serbia Bosnia. Walau Dewan Keamanan PBB menyatakan Srebrenica sebagai daerah aman, hal itu tak menjamin keselamatan mereka.
Mereka menganggap Aida yang juga warga setempat sebagai penyambung lidah dari keputusasaan mereka. Namun, Aida hanyalah penerjemah. Ia bekerja untuk PBB, tak punya wewenang dan kuasa untuk mengambil keputusan yang bisa membantu para pengungsi.
Demikian pula komandan UNPROFOR Kolonel Thom Karremans. Kewenangannya terbatas untuk mengambil langkah militer menghadapi pasukan Serbia yang sudah memasuki kota.
Jika harus mengambil keputusan, ia selalu berunding tanpa memberikan kepastian, sementara pengungsi terus dihantui kepasrahan lewat sikap lempar bola panas di antara mereka. Praktis  pasukan Belanda hanya berjaga di sekitar pangkalan dengan jumlah pasukan yang jelas tak sebanding dengan pasukan Serbia Bosnia.
Detik-detik yang menentukan datang ketika pimpinan pasukan Serbia Bosnia Jenderal Ratko Mladic masuk ke Srebrenica. Ia meminta perwakilan warga sipil dari pangkalan PBB untuk datang menemuinya melakukan perundingan.