Prahara European Super League ternyata melahirkan seorang pemenang baru. Diam-diam menghanyutkan. Ia adalah Nasser Al-Khelaifi, Presiden dan CEO Paris Saint-Germain (PSG).
Nasser baru saja terpilih kembali sebagai komite eksekutif UEFA untuk jabatan tiga tahun dalam kongres di Swiss kemarin. Bahkan, ia sempat diajukan untuk maju sebaga ketua Asosiasi Klub Eropa (ECA) menggantikan Andrea Agnelli, namun, ditolaknya.
Nasser memperolehnya tanpa perlu berkampanye besar-besaran. Ini semua diterimanya berkat kerja keras para bos klub pendiri Super League.
Ambisius Florentino Perez, Presiden Real Madrid dan kawan-kawan klub pendiri untuk menyelenggarakan kompetisi baru Super League secara tak langsung memantik kegeraman pendukung bola terhadap mereka. Pendukung sepak bola kehilangan rasa hormat.
Imbasnya, bos pendiri klub ini harus memikirkan bagaimana memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi. Manchester City dan Chelsea dikabarkan sedang menyiapkan langkah pengunduran diri dari keikutsertaan Super League.
Super League yang awalnya terlihat menjanjikan, kini nyaris tenggelam. Pendiri klub terancam menerima sanksi berat dari UEFA.Â
Tambahan lainnya adalah sanksi sosial dari penggemar sepak bola. Ibarat kata, sudah jatuh tertimpa tangga.
Bos Juventus Andrea Agnelli mengundurkan diri sebagai kepala ECA. Di Manchester United, Ed Woodward mengundurkan diri sebagai wakil eksekutif Manchester United menyusul kontroversi mereka bergabung ke Super League.
Selanjutnya, Florentino Perez yang tampil percaya diri selama beberapa hari terakhir untuk menyampaikan harapan tentang Super League sekarang harus menghadapi kenyataan bahwa gagasan Super League ternyata tak laku dijual.
Boleh dikatakan, UEFA sekarang nyaris bersih dari pengaruh klub-klub besar akibat kontroversi Super League. Nasser Al Khelaifi beruntung telah mendapatkan momentum emas. Jabatan gratis untuk dirinya.