Kekalahan Bayern Munchen atas Paris Saint Germain pada laga leg pertama perempatfinal Liga Champions memberikan pembahasan menarik sekaligus perdebatan luas bagi pengamat sepak bola.
Munchen secara memalukan takluk di kandang sendiri. Padahal, klub Bavaria ini merupakan tim terkuat dan sangat diunggulkan untuk memenangkan pertandingan tersebut.
Pertimbangan ini bukan tanpa alasan. Musim lalu, Munchen menyapu bersih semua pertandingan dengan kemenangan sempurna. Anak asuh Hans Dieter Flick ini keluar sebagai juara setelah menaklukan Paris dengan skor 1-0 di partai final.
Kedigdayaan Munchen berlanjut lagi pada musim ini, tak pernah terkalahkan sepanjang fase grup, hanya sekali imbang sewaktu melawan Atletico Madrid. Pada fase 16 besar, Munchen menaklukkan klub Roma, Lazio, dengan skor agregat 6-2.
Tetapi, rekor sempurna tersebut kandas pada 8 April 2021 di tangan Les Parisiens, julukan Paris Saint Germain.
Munchen Terorganisir, Paris Individual
Ada banyak pertanyaan mencuat setelah pertandingan tersebut. Apa sebab Munchen kalah? Apakah itu Paris hanya kebetulan memenangkan pertandingan? Apakah Munchen mulai menemui titik balik?
Alejandro Moreno, komentator ESPN adalah orang yang geregetan menyaksikan pertandingan tersebut. Dalam dialog di ESPNÂ baru-baru ini, ia mengatakan Munchen lebih superior dari Paris. Saat pertandingan berjalan, Munchen, menurutnya, memperlihatkan kesiapan dalam mengatur strategi.
"Mereka (Munchen) adalah tim dengan rencana, terstruktur, terlihat seperti mesin yang bermain dengan efisien dan efektif."Â
"Sedangkan PSG dalam pertandingan itu tak memiliki struktur, tak terorganisir, mereka hanya mengandalkan kehebatan individual [...] Mereka (Paris) tak bermain bagus," ungkap Moreno.
Tanggapan mantan penyerang Venezuela ini tepat untuk menggambarkan kehebatan Munchen sebagai sebuah klub sepakbola. Saat laga, Munchen mendominasi jalannya pertandingan dengan penguasaan bola 61 persen, menurut statistik yang dirilis UEFA.