KETIKA pertama kali membuka aplikasi WhatsApp setelah bangun dari tempat tidur beberapa waktu lalu, saya melihat sebuah pemberitahuan yang secara sekilas menyinggung soal kebijakan privasi.
Dengan kondisi setengah sadar dari tidur malam, saya spontan menekan tombol setuju agar pemberitahuan tersebut lekas hilang supaya saya dapat mengecek pesan masuk di WhatsApp.
Saya saat itu berpikir, pemberitahuan tersebut hanya pengumuman kebijakan privasi pada umumnya.
Beberapa menit kemudian, ketika saya membuka Twitter, lini masa terlihat dibanjiri pembicaraan WhatsApp dan Facebook yang hilir-mudik dikomentari warganet.
Usut punya usut, keramaian tersebut disebabkan karena persoalan kebijakan privasi WhatsApp yang akan menyerahkan data pribadi penggunanya ke Facebook.
Bah! Saya awalnya merasa heran.
Bukankah selama ini data pribadi pengguna bukan sesuatu yang istimewa dalam era digital? Khususnya WhatsApp yang telah diakuisisi Facebook pada 2014 silam.
Saya dari dahulu berpikir soal keamanan data ini, ya sudahlah, ini konsekuensi dari era digital, semua data pribadi akan terlihat dan tersebar.
Pun jauh sebelum era media sosial, saya dan Anda mungkin pernah mengalami peristiwa perihal penggunaan data pribadi di luar persetujuan.Â
Saya pernah menerima SMS dan panggilan telepon dari seseorang asing yang memperoleh nomor ponsel saya di toko isi ulang pulsa.