Catatan akhir tahun 2020 jilid kedua. Sebuah tulisan ringkas sebagai refleksi pribadi memandang perjalanan Indonesia setahun terakhir, sebuah kelanjutan dari catatan akhir tahun jilid pertama.
Dunia memasuki ketidakpastian, seperti mengisahkan kapal berlayar dalam gulungan gelombang besar dan kehilangan jalan. Sang nakhoda berikut penumpangnya mengetahui arah dan tujuan mereka, tetapi badai yang tidak biasa mengacaukan pergerakan mereka, terasa pelan dan menghanyutkan.
Ketika badai itu menjadi ilustrasi bagi pandemi Covid-19, apa yang terjadi pada akhir-akhir tahun ini membawa orang pada masa silam yang tenang dan damai. Tinggallah di dalam kamar untuk menghindari jilatan air laut yang mampu menyeret orang tenggelam ke pusaran badai.
Tetapi guncangan itu pun dipermainkan oleh pikiran sebagian orang. Semua orang menduga-duga bahwa gelombang terlihat tidak buruk, seperti gelombang-gelombang yang mereka temukan di tiap pelayaran. Kebenaran pun hanya ada di luar sana.
Maka, dugaan-dugaan yang menenangkan hati itu menjadi penjerumusan bagi datangnya kematian. Angka kasus Covid-19 mengalami kenaikan saban hari, di Indonesia dan seluruh dunia.
Akhir tahun ini mengisyaratkan masa-masa pemulihan secara bersamaan antara kesehatan dan ekonomi. Dua topik ini diperbincangkan luas dalam masa-masa pandemi, mana keutamaan di antara mempedulikan kesehatan atau ekonomi yang terdampak sakit.
Ketidakpastian yang terjadi sebelum Pandemi Covid-19
Untuk menemukan akar persoalan, baiklah kita mengalihkan sebentar pandangan suram sekarang pada masa-masa sebelum pandemi Covid-19 menjangkiti umat manusia.Â
Meskipun masa pandemi meletakkan dunia dalam ketidakpastian, dua tahun terakhir masalah demikian sudah dialami masyarakat dunia.
Katakanlah perubahan struktur usaha bergeser dari gaya konvensional menuju dunia digital, mendisrupsi segala lini dari hulu hingga ke hilir sampai pada perdagangan.Â