Fakta menarik dari Joe Biden sebagai Presiden terpilih AS tahun ini adalah agama yang dianutnya. Dia seorang Katolik sekaligus menjadi presiden kedua beragama Katolik setelah Presiden John F Kennedy (1961-1963) sejak 244 tahun AS berdiri sebagai negara berdaulat.
Sebagai sesama penganut Katolik, saya pribadi mengucapkan selamat atas terpilihnya Joe Biden. Â
Biden tidak malu-malu mengakui dirinya sebagai penganut Katolik. Selama masa kampanye, iklan Joe Biden di TV menampilkan gambar dirinya bersama Paus Fransiskus. Media massa juga menayangkan foto-foto dirinya usai menghadiri perayaan Misa.
Sepenting itukah nilai religiusitas di AS?
Menurut hemat saya, penting. Tetapi kembali lagi, sereligius apapun seseorang, harus ada ukuran objektif untuk melihat kemampuannya memimpin negara.
Mengurus negara sebesar AS pasca-Donald Trump akan sangat menantang bagi Joe Biden ke depannya. Selain harus memperbaiki perekonomian negara yang tertekan akibat pandemi Corona, Biden juga harus menyatukan masyarakat AS yang tercerai-berai di bawah pemerintahan Trump.
Tantangan Biden ini setidaknya sudah terlihat dalam Pilpres AS tahun ini. Meski Biden beragama Katolik, ia justru kalah dari Trump dalam perolehan dukungan umat Katolik. Ada kesenjangan besar di antara pemilih Katolik.
Berdasarkan AP VoteCast, Biden hanya didukung 49 persen umat Katolik, sedangkan Trump berhasil memenangkan dukungan dari umat Katolik sebesar 50 persen.Â
Lebih detilnya, 57 persen umat Katolik kulit putih mendukung Trump dan 42 persen mendukung Biden. Sementara, 67 persen umat Katolik Hispanik mendukung Biden dan 32 persen mendukung Trump.Â
Dari sini terlihat jelas ketimpangan antara pemilih Katolik kulit putih dan hispanik dalam memandang sosok pemimpin mereka. Dengan kata lain, landasan umat Katolik untuk memilih Presiden bukan karena alasan teologis!