Bagaimana publik mengenal Jenderal TNI Mulyono selama menjabat KASAD (2015-2018)?Â
Ia pernah membuang tanda kepangkatannya di hadapan prajurit Kopassus pada Agustus 2018 lalu. Video yang merekam aksi tersebut tersebar di YouTube yang pada akhirnya viral.Â
Beberapa orang, termasuk saya mulai 'ngeh' untuk mencari lebih banyak seluk beluk kepemimpinan Jenderal kelahiran Boyolali ini.Â
Ia dalam lawatannya ke pelbagai daerah sering memberikan motivasi kepada prajurit TNI AD. Pada beberapa kesempatan, Jenderal Mulyono menyerukan kepada prajurit TNI AD, hilangkan ketakutan untuk bertanya kepada komandan.
"Saya ini rekan kamu. Jangan ada takut-takut," katanya kepada prajurit Kodam XVII/Cenderawasih, Papua pada 2017.
Pernyataan itu terkesan normatif dan biasa-biasa saja. Namun, makna 'rekan' sejauh saya ketahui, terasa berbeda jika dipasangkan dalam kamus militer. Ada prinsip komando. Ada struktur vertikal yang mengaturnya.Â
Istilah rekan hanya tepat digunakan untuk menunjukan hubungan militer dan sipil. Pemakaian kata rekan dalam militer menjadikan garis hubungan prajurit dan komandan rancu karena kesejajaran relasi. Hal ini bisa mengaburkan tanggung jawab seorang prajurit atau komandan.
Akan tetapi, Jenderal Mulyono berpandangan lain. Ini memandang ada daya tawar atas hubungan rekan pimpinan dan bawahan dalam nama besar TNI AD. Prajurit berani bertanya, sementara pimpinan tidak perlu merisaukan kewibawaannya.
Masih di lokasi yg sama di Kodam Cenderawasih, Mulyono menyerukan, "Jangan pernah terlintas dalam pikiranmu untuk melakukan kesalahan sekecil apapun, berpikir salah tidak boleh, apalagi melakukan pelanggaran."
"Lakukan yg terbaik untuk dirimu, satuanmu, bangsa & negara dan TNI AD."
Perhatikan urutan kalimatnya: diri (pribadi), satuan, negara, dan TNI AD. Kepada siapa prajurit harus berlaku baik terlebih dahulu? Diri sendiri. Ia meletakan kepribadian sebagai yang pertama utk disempurnakan, lalu mengikuti pada unsur lain di luar diri manusia tersebut.Â