Andai aku mengira
malam kita masih tercerai-berai
pertama, anaknya ada yang bermimpi
fajarnya terbit di kolong burit jalan
walau saudara masih menjerit
yang malam tidak nikmat
kemari datang kau
kita masih bersaksi tentang kemiskinan
yaitu orang tersiksa
malu, enggan berbisik
orang menahan malu
malu yang bukan dosanya
Aku takut memahaminya
kelak bercanda bahagia ini
uang menjadi ladang tanah
sebulir abu menukar pakaian
apa yang akan tersebut
Sekurang-kurangnya niatku tertunda
tak berujung diberi waktu
masih pikiran akan mereka
aku terlambat terkutuk
untuk bisa merayap badan
mengena kerikil-kerikil
itu semua sakitkan badan
Apa boleh kubalas segala?
cita-citaku mau kekal surgawi
agar tidak beralasan hasrat
yang terbilang dari penyamun
beroleh iman yang mulia
saudara, kau dapatkan itu?
aku memberinya beralasan
dengan semampuku
sedang aku juga terlantar sama
ingin sebaris berjuang bersamamu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H