Melalui tulisan ini, saya juga ingin menyampaikan pesan kepada Prillvers di tanah air. Kenapa? Sebab Prilly adalah orang biasa dengan ribuan umat di belakang dan sampingnya. Dan keadaan ini ternyata tidak menyenangkannya. Ini serius. Memiliki banyak basis pendukung kadang-kadang bisa menjengkelkan juga. Apalagi bila sebagian besar mereka belum memiliki kesadaran kritis, yang pada akhir episode akan menjadi kaum fanatik.
“Kadang aku ingin seperti pasangan normal lainnya. Gandengan tangan, nonton bareng, makan popcorn berdua.. menikmati masa remaja. Aku merasakan tidak nyamannya bertahan dalam kondisi yang serba terkekang. Aku takut. Takut pada paparazzi, infotainment, fans yang tidak suka, mengganggu,” demikian tulis Prilly, dilansir dari bintang.com (27/4). Prilly yang malang! Seandainya saja kamu menyukai kopi, tak bakal ini terjadi.
Dalam arus globalisasi indutri hiburan tanah air, Prillves setidak-tidaknya harus berani mengambil sikap independen terhadap perjalanan komunitas ke depan. Prilly sudah mengerjakan tugas sebaik-baiknya di panggung hiburan, sekarang biarkan dia bebas menentukan hidupnya. Bagaimanapun juga dia sebentar lagi berpacaran, cepat atau lambat percayalah.
Jadi, Prillvers sedianya mau belajar ikhlas dan lapang dada. Kalau disadari, apa yang Prillvers lakukan, secara tidak langsung turut menyumbangkan sentimen seksisme dari kaum hawa. Sebabnya baik laki maupun perempuan sekarang, ketika melihat yang bening-bening, sedikit saja, maunya langsung main sikat, histeris tidak karuan. Padahal, cantik itu kan harus luar dalam.
Jadilah fans yang baik, mitra kritis yang selalu hadir menunjukkan kepedulian. Bebeda pendapat itu lumrah, apalagi berseberangan dengan Prilly. Mungkin kalian yang tak sependapat itu membuat komunitas baru, namanya Post-Prillvers. Fenomena semacam ini pernah terjadi, contohnya di Jerman sewaktu Herbert Marcuse dan guru Mazhab Frankfurt lainnya ditolak para mahasiswanya. Di Prancis, Partai Komunis Prancis membongkar organisasi pemudanya Union de la Jeunesse Republicaine de France (UJRF) karena mahasiswanya tak sepakat dengan sikap partai dalam Revolusi Polandia dan Hongaria.
Mau lihat Prilly jadi jelek dan sakit-sakitan? Saya khawatir andai Prilly sampai menulis, I was leaving Aliando the planet. Terserah kalian, tapi bila itu sampai terjadi, saya siram kalian pakai air parit.
Tulisan ini pertama kali dimuat di sediksi.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H