Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

APEC dan Jawaris Jokowi

14 November 2014   08:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:50 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14159051531243721475

[caption id="attachment_375099" align="aligncenter" width="680" caption="Presiden Joko Widodo saat berpidato dalam APEC CEO Summit, Beijing, 10 November 2014. (sumber : tribunnews.com)"][/caption]

KTT APEC sudah berakhir. Jokowi, dalam persentasinya, memaparkan peluang investasi infrastruktur dan kerjasama bilateral  kepada Forum APEC CEO Summit. Penampilannya mendapat respon baik. Pertemuan dengan tiga petinggi negara, PM Shinzo Abe, Barack Obama, dan Vladimir Putin, mengaskan posisi strategis Indonesia (Kompas,12/11).

Penampilan perdana Jokowi di forum internasional dimanfaatkannya dengan baik untuk mengenalkan Indonesia. Dalam persentasenya yang berbahasa Inggris, dia berbicara langsung kebutuhan Indonesia soal investasi dan keamanan maritim.

Namun, tanggapan baik peserta forum tak sepenuhnya diaminkan masyarakat Indonesia. Desmond J Mahesa, Politisi Gerindra, menyebut presentasi sekitar 13 menit Jokowi mirip ‘pedagang barang’. Bahasa Inggrisnya pun menuai kritik.  Beberapa warga memberikan penilain terhadap penampilan Jokowi saat menonton penampilannya di Youtube. “Kenapa gak nyoba kursus di Public Speaking School ?”, komentar Rani Nurwanti di kolom komentar.  “Aduhhh pak maluu maluin pak...?” tambah Syarif Hidayatuloh, (tribunnews.com, 11/11).

Komentar masyarakat terkait  bahasa Inggris menunjukkan Jokowi belum seratus persen membanggakan Indonesia. Dalam forum Internsional sekelas APEC, bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang membantu komunikasi peserta forum patut dikuasai.

Jokowi yang berbicara Jawaris (Jawa-Inggris) sesungguhnya bukan sebuah kekurangan dan penurunan citra bangsa Indonesia. Pemaparan Jokowi pun dianggap bagus, karena menyentuh langsung pada inti permasalahan.

Dalam forum APEC, Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hubungan Internasional, seperti dilansir dari metrotvnews.com (13/11) mengatakan,”Tujuan utama ialah mereka--kepala pemerintahan yang hadir dalam KTT APEC--ingin mendapatkan jaminan dari Jokowi sebagai kepala pemerintahan baru di Indonesia agar kepentinganekonomi,politik, dan keamanan ekonomi tidak berubah saat SBY menjadi presiden. Dengan begitu, ada harapan dari banyak kepala pemerintahan yang hadir dalam KTT APEC mendapat jawabannya.

Mereka tentunya bukan menanti kefasihan bahasa Inggris Jokowi. Meski bahasa Inggrisnya tidak sempurna, makna dan harapan-harapan itu sudah disampaikan Jokowi dalam presentasinya. Penegasan ini dtunjukkan PM Abe yang menawarkan investasi di bidang industri dan pembangunan sumber daya manusia. Saat mengikuti jamuan makan malam pemimpin ekonomi, Senin malam (11/11), Jokowi pun berada di antara Obama, Putin, dan Xi Jinping.

Sebelum sampai pada jamuan malam dan hingar bingar investasi, bahasa Inggris Jokowi merupakan relasi yang menjembatani komunikasi kepada peserta forum. Seperti yang diungkapkan Habermas, komunikasi berjalan lewat bahasa (Franz-Magnis Suseno 2005:163). Tindakan strategis Jokowi mencapai hasil dengan penawaran dan kerjasama bilateral.

Banyaknya penawaran tersebut tak serta merta terjadi setelah Jokowi berpresentasi. Kehadiran Jokowi sebagai presiden baru menggantikan SBY mendapat perhatian publik internasional sejak pencalonannya sebagai presiden. Setelah menjadi presiden, harapan peserta forum, seperti dikatakan Hikmahanto, tidak berubah ketika SBY menjabat presiden RI.

Jokowi pun merupakan orang yang tepat untuk melanjutkan kerjasama yang telah dijalin AS selama periode SBY. Dukungan AS kepada Jokowi sudah terlihat saat Pilpres kemarin. "Pemerintah AS kelihatannya tidak mendukung pencapresan Prabowo, atau bersiap-siap kalau misalnya Prabowo menang," kata Winters dalam artikel berjudul 'Candidate's run raises rights concerns' yangditurunkanInternational New York Times edisi Asia, Kamis (27/3), seperti dilansir dari Repubika.com.

Maka, penampilan Jokowi dalam panggung KTT APEC sebenarnya bukan pada masalah bahasa semata. Sebelum melihat penampilan Jokowi, beberapa petinggi pemerintahan yang hadir sudah punya agenda masing-masing terhadap Indonesia. Bukan soal bila Jokowi berbicara Jawaris dalam presentasinya.

"I am not an Indonesian, but I have been a big fan of Jokowi for years. Look, I just can't get why Indonesians bully or ridicule their own president. It is like you ridicule your father, who is speaking English awkwardly or fidgeting on a stage at your school. Does it make sense? No, I cant get it, again,“ ujar Heypary Xavier, yang mengaku bukan orang Indonesia, tetapi memuji pidato Jokowi.(tribunnews.com, 11/11).

Akan menjadi keanekaragaman bahasa bila kepopuleran presentasi Jokowi mewabah ke seluruh dunia. Jawarisnya pun menjadi dialek dan aksen baru pada bahasa Inggris. Semoga saja Jawaris ini menambah keragaman bahasa Inggris yang umumnya dikenal dalam dua dialek, Amerika dan British. Semoga saja.

Sumber :

Media massa: Kompas, tribunnews.com, republika.com, kompas.com, metrotvnews.com

Buku : Pijar-pijar Filsafat (Franz-Magnis Suseno) Derrida (M. Al-Fayyadl)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun