Bukti bahwa tradisi gotong-royong sebagai bentuk kearifan lokal budaya Indonesia yang masih dipertahankan, terlihat pada kehidupan masyarakat di Toraja.
Sejatinya di berbagai daerah di Indonesia tradisi gotong-royong masih dipertahankan. Baik pada kegiatan seni budaya, upacara adat istiadat maupun kegiatan lain yang bersentuhan dengan kehidupan masyarakat setempat.
Demikian pula di daerah Toraja Provinsi Sulawesi Selatan, tradisi gotong-royong dilakukan pada saat tradisi upacara pemakaman, perkawinan, peresmian rumah adat (tongkonan) dan kegiatan adat lainnya.
Gotong-royong tersebut berupa pembuatan pondok (lantang), mengatur tikar (ale), pembuatan aksesoris, memasak, dan menjamu tamu atau kerabat yang hadir dalam kegiatan yang dimaksud.
Untuk pembuatan pondok sendiri, dilakukan secara bergotong-royong oleh kaum pria. Mulai dari mengambil bahan material, mendirikan, hingga memasang atap pondok. Serta membongkar kembali pondok setelah selesai acara.
Adapun bahan material yang digunakan untuk membuat pondok tersebut adalah dari bambu, kayu, papan dan tali. Uniknya bangunan pondok tersebut sama sekali tidak menggunakan paku.
Karena dilakukan secara bergotong-royong dan penuh antusias, pendirian pondok tersebut tidak lama dikerjakan. Padahal ada banyak pondok yang dibuat. Ini juga karena faktor kaum pria yang sangat terampil dalam membuat pondok.
Pondok yang dibuat menyambung dengan lumbung atau dalam bahasa Toraja disebut Alang. Pondok dan Alang inilah yang akan ditempati oleh tamu atau pihak kerabat yang datang menghadiri acara.