Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kemenangan Politik Riang Gembira di Pemilu 2024

16 Februari 2024   13:35 Diperbarui: 28 Februari 2024   19:46 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pelaksanaan Pemilu di  TPS di Kota Palu tanggal 14 Februari 2024 berjalan lancar dan aman. Dokumentasi Pribadi

Pasangan Capres dan Cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka akhirnya unggul dalam hitung cepat (quick count) Pemilu 2024.

Berdasarkan data hitung cepat dari Litbang Kompas, pasangan Prabowo-Gibran unggul dengan perolehan suara 58,49 persen. Menyusul pasangan Anis-Muhaimin 25,24 persen dan Ganjar-Mahfud 16,26 persen.

Tingginya perolehan suara yang diraih pasangan Prabowo-Gibran tersebut, menjadi potensi Pemilu berlangsung satu putaran. Namun demikian, harus menunggu hasil real count perhitungan suara yang dilakukan oleh KPU.

Unggulnya pasangan Prabowo-Gibran versi hitung cepat, menjadi penegasan kemenangan politik riang gembira pada Pemilu 2024. Sebuah strategi kampanye yang dipilih, guna merebut simpati rakyat dalam memberikan preferensi suaranya.

Kampanye politik riang gembira merupakan kontradiksi dari kampanye politik ofensif yang menghadirkan rivalitas kontestasi yang berlangsung secara biner dengan narasi antagonistik.

Kampanye politik riang gembira adalah langgam politik egaliter yang menjauhkan cara-cara menggerus dan mensegregasi pihak saingan. Kampanye yang mengajak publik untuk mengeksplor kreativitas lewat narasi dan konten yang bernas, dalam berkontestasi.

Titik Balik Kampanye Ofensif

Harus, diakui publik sudah jenuh dengan pola kampanye yang bermuara pada adanya ponarisasi sesama pendukung, sebagaimana yang terjadi pada Pemilu 2024.

Dimana Capres Prabowo saat itu tampil ofensif dalam rivalitas dengan Jokowi yang juga sebagai Capres. Polarisasi pun tak terhindari, karena ruang publik dipenuhi dengan narasi-narasi kegaduhan dan saling menggerus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun