Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Perjalanan Menyusuri Selat Makassar dan Laut Jawa demi Kompasianival

24 November 2023   12:39 Diperbarui: 27 November 2023   00:10 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas para pedagang di atas Kapal Pelni. Dok Pri

Dari atas kapal pandanganku tertuju jauh kedepan di perairan Selat Makassar. Tiada sama sekali terlihat daratan, sebaliknya hanyalah hamparan laut bebas berwarna kebiruan. Inilah momen yang tepat untuk berkontemplasi belajar dari laut tentang hakekat kehidupan.

Lead di atas membuka kisah perjalananku menyusuri lautan dari pelabuhan Pantoloan Sulawesi Tengah (Sulteng) menuju Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta selama enam hari, demi bisa hadir di event Kompasianival 2023.

Dimulai dari pemberangkatan tanggal 19 November dan tiba di tujuan tanggal 24 November 2023. Sehari sebelum gawean Kompasianival dihelat di Bentara Budaya Jakarta.

Perjalanan laut menggunakan dua KM Pelni sekaligus, yakni KM Lambelu dan KM Gunung Dempo. Lalu melintasi perairan Selat Makassar dan Laut Jawa.

Serta singgah di enam pelabuhan yakni Pantoloan Palu, Sepinggan Balikpapan, Parepare, Sukarno-Hata Makassar, Tanjung Perak Surabaya dan Tanjung Priok Jakarta.

KM Lambelu yang saya tumpangi menyusuri trayek Pantoloan-Balikpapan-Parepare dan Makassar dengan harga tiket kapal sebesar Rp 350 ribu. Di Makassar saya rehat sehari di kediaman keluarga.

KM Gunung Dempo tiba di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Dok Pri
KM Gunung Dempo tiba di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Dok Pri

Saat sandar di Pelabuhan Sepinggan Balikpapan. Doc Pri
Saat sandar di Pelabuhan Sepinggan Balikpapan. Doc Pri

Selanjutnya saya berganti kapal menumpangi KM Gunung Dempo dengan trayek Makassar-Surabaya-Jakarta dengan harga tiket sebesar Rp 550 ribu.

Ada empat alasan mengapa saya memilih menggunakan transportasi laut KM Pelni untuk perjalanan menuju Jakarta menghadiri event Kompasianival 2023 yang mengangkat tema Sustaination atau keberlanjutan.

Pertama, isu soal ekonomi biru dan sektor maritim yang lagi trend, sehingga perjalanan via laut ini ingin menjiwai isu yang sedang hangat tersebut.

Kedua, menyesuaikan budget mengingat masih mahalnya harga pesawat terbang. Meskipun sejak bulan Juni 2023 lalu terjadi kenaikan harga tiket penumpang KM Pelni.

Ketiga, ingin melihat dan merasakan langsung transformasi pelayanan KM Pelni. Mengingat PT Pelni merupakan BUMN yang mendapatkan alokasi dana subsidi atau public service obligation (PSO) dari APBN sejak beberapa tahun lalu.

Sejumlah kapal tengah berlabuh di perairan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Dok Pri
Sejumlah kapal tengah berlabuh di perairan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Dok Pri

Kapal saat sandar di Pelabuhan Makassar. Dok Pri
Kapal saat sandar di Pelabuhan Makassar. Dok Pri

Keempat, mendapatkan informasi dan inspirasi dari hasil interaksi dengan banyak penumpang di atas kapal. Dimana sebagian besar adalah perantau yang bekerja di berbagai daerah di Indonesia.

Terkait alasan pertama soal isu ekonomi biru dan sektor maritim yang lagi trend, tentunya berkaitan dengan stakeholder bergerak pada elemen pelayaran. Terutama masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut.

Mereka adalah masyarakat pedagang yang mencari nafkah di pelabuhan saat kedatangan KM Pelni. Serta yang berdagang saat kapal tengah berlayar menuju pelabuhan tujuan. Baik itu berdagang kuliner, maupun kebutuhan pokok selama perjalanan.

Mengandalkan dagangan dari kehadiran penumpang tentu sebuah keniscayaan. Bagi pelabuhan yang kehadiran KM Pelni nya lebih banyak, tentu akan berpengaruh pada intensitas dagangan dan pendapatan ekonomi. Seperti pelabuhan Sukarno Hatta Makassar atau Tanjung Perak Surabaya.

Ini berbeda bagi pelabuhan dengan jadwal masuknya KM Pelni kurang seperti di pelabuhan Pantoloan, yakni hanya dua kapal KM Lambelu dan Labobar. Dimana jadwal masuk kapal bisa seminggu sekali atau dua minggu sekali, sehingga tidak setiap hari bisa berdagang.

Memandang hamparan laut bebas dari atas kapal. Dok Pri
Memandang hamparan laut bebas dari atas kapal. Dok Pri

Suasana di atas Kapal Pelni. Dok Pri
Suasana di atas Kapal Pelni. Dok Pri

Tentu para pedagang harus menunggu dengan durasi demikian agar bisa berdagang di pelabuhan. Otomatis pendapatan juga tidak semaksimal seperti yang diharapkan. 'Kami bisa seminggu sekali berjualan sesuai jadwal kapal," ujar salah seorang pedagang di Pelabuhan Pantoloan saat saya mampir di warungnya.

Yang menarik adalah keberadaan pedagang saat kapal berlayar dengan pola jemput bola. Beragam dagangan ditawarkan langsung kepada penumpang. Mulai dari makanan, minuman, alat elektronik, pakaian, aksesoris hingga kebutuhan lainnya seperti pijat kaki.

Penumpang yang sedang rebahan di dek kapal, siap-siap saja tergoda dengan tawaran yang datang terutama beragam makanan, seperti bubur kacang hijau, rujak, es buah, ayam geprek, hingga peyek juga ikut dijual. Bagi penumpang yang berminat harus merogoh kocek untuk membeli.

Keberadaan pedagang ini tentu saja menjadi dilema dengan regulasi yang dibuat oleh PT Pelni yang melarang pedagang asongan naik ke atas kapal untuk berjualan. Larangan tersebut  bahkan sudah terpasang di dalam kapal, namun sepertinya tidak berlaku oleh pedagang, saat kapal sandar di pelabuhan.  

Terkait alasan kedua, dimana perjalanan menggunakan kapal laut menjadi kebutuhan utama saat harga tiket pesawat mahal. Meskipun tiket kapal Pelni juga mengalami kenaikan di tahun 2023 ini, namun relatif masih terjangkau bagi penumpang.

Aktivitas para pedagang di atas Kapal Pelni. Dok Pri
Aktivitas para pedagang di atas Kapal Pelni. Dok Pri

Antrian penumpang saat pengambilan makanan. Dok Pri
Antrian penumpang saat pengambilan makanan. Dok Pri

Bahkan saking vitalnya, seringkali terjadi over kapasitas di kapal Pelni karena penumpang membludak. Seperti yang saya alami dalam perjalanan Makassar-Pantoloan bulan Juli 2023 lalu. Dampaknya penumpang kategori non sheet meluber memenuhi berbagai tempat di atas kapal.

Alasan ketiga soal transformasi pelayanan PT Pelni tidak lepas dari komitmen PT Pelni sebagai BUMN yang mendapat PHO dari APBN untuk kategori pelayanan. Dimana Pelni dituntut mengutamakan keselamatan, kebersihan, dan kenyamanan bagi penumpang. Serta kesediaan makanan sesuai standar kesehatan dan kebutuhan air tawar selama pelayaran.

Seperti diketahui belum lama ini, terjadi kebakaran di atas KM Labobar pada trayek  pelayaran Balikpapan ke Pantoloan. Kejadian tersebut tentu memberi dampak ketidaknyamanan kepada penumpang terutama dari segi keselamatan.

Makanya kejadian seperti ini diharapkan tidak terulang kembali, sembari Pelni terus meningkatkan kualitas pelayanannya agar lebih profesional. Mulai dari pelayanan kemudahan tiket di pelabuhan, hingga pelayanan saat pelayaran dilakukan.

Soal pelayanan kepada penumpang sudah terafirmasi dalam Undang-Undang no 17 tahun 200 tentang Pelayaran. Dimana pada pasal 2 menyebutkan, pelayaran diselenggarakan berdasarkan azas manfaat dan kepentingan umum.

Berjumpa kapal yang berlayar di Selat Makassar. Dok Pri
Berjumpa kapal yang berlayar di Selat Makassar. Dok Pri

Penumpang yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok. Dok Pri
Penumpang yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok. Dok Pri

Serta diselenggarakan dengan tujuan memperlancar arus perpindahan orang  dan barang melalui perairan dengan  mengutamakan dan melindungi angkutan di perairan, dalam rangka memperlancar kegiatan perekonomian nasional.

Terkait alasan keempat soal mendapat informasi dan inspirasi, adalah keniscayaan yang membuat saya merasa perlu bepergian dengan kapal laut. Di kapal saya bertemu dengan banyak penumpang dengan beragam pekerjaan di daerah perantauan.

Ada yang bekerja sebagai pemetik di perkebunan kelapa sawit di Malaysia serta ada juga bekerja sebagai pengikat di perusahaan rumput laut Nunukan Kalimantan Utara. Dari mereka saya tahu soal tantangan dan prospek pekerjaan yang mereka geluti.

Terutama prospek pengembangan rumput laut di daerah Nunukan yang produksinya di ekspor ke luar negeri. "Saya kerja di perusahaan rumput laut yang memperkerjakan banyak tenaga kerja. Saat ini lagi pulang kampung ke Larantuka," ujarnya.

Interaksi sesama penumpang sembari menyeruput kopi di atas kapal, hanya bisa didapatkan saat perjalanan laut. Beragam informasi tersebut tentu sangat bermanfaat sebagai bahan literasi bagi saya selaku kompasianer.

Satu hal lagi dari persinggahan di berbagai pelabuhan, saya bisa melihat langsung di pelabuhan mana yang fasilitas dan prasarana terminal penumpangnya sangat memadai. Serta pelabuhan mana yang tidak memadai. Intinya terdapat disparitas terkait prasarana pelabuhan di beberapa daerah.

Saya juga bisa tahu bahwa tidak semua kota pelayanan penukaran tiketnya sama. Di Makassar misalnya, penukaran tiket hanya dilakukan di Pelabuhan. Sedangkan di Palu penukaran tiket bisa dilakukan di Kantor Pelni dan juga di pelabuhan Pantoloan.  

Sebagai anak bangsa yang menyempatkan berkontemplasi di atas perairan laut Indonesia, berharap Kementerian Perhubungan lewat PT Pelindo bersama Kementerian BUMN lewat PT Pelni dapat berkolaborasi guna meningkatkan pelayanan publiknya.

Serta membenahi prasarana pelabuhan di daerah demi peningkatan pelayanan kepada penumpang. Dengan membenahi prasarana dan fasilitas tersebut, disparitas antar pelabuhan bisa diminimalisir.

Satu hal dari kontemplasi di tengah lautan, saya mendapat inspirasi. Bahwa dari laut kita bisa belajar tentang kedalaman, keluasan dan kebesaran hati dan pikiran. Juga tentang bagaimana laut berperan sebagai jembatan, sekaligus perantara bagi keberlangsungan peradaban kehidupan manusia.

Jika keberadaan perairan laut kita jaga dengan baik, mutu pelayaran ditingkatkan, prasarana pelabuhan dibenahi serta masyarakat mendapat kesempatan mencari rejeki dengan aman, maka peradaban sektor maritim kita akan semakin jaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun