Hari Natal tanggal 25 Desember 2022 dirayakan oleh segenap umat Kristiani dimanapun berada. Natal sebagai momentum peristiwa sukacita, selayaknya menghadirkan getaran dan pencerahan spiritualitas keimanan bagi umat yang merayakan.
Sebelumnya sepanjang bulan Desember ini, perayaan Pra Natal sudah digelar oleh berbagai elemen umat Kristiani. Ini sudah lazim, mengingat agenda Pra Natal tersebut sudah diagendakan jauh-jauh hari.
Ada yang digelar di Kediaman Jemaat, ada juga di Panti Asuhan, Gedung Gereja sampai Restoran. Segenap umat berkumpul merayakan sukacita Natal bersama, memaknai kelahiran Sang Juru Selamat.
Dalam merayakan momentum sukacita, maka dimanapun tempat perayaan tidak menjadi masalah. Selama dari tempat tersebut, pesan Natal bisa meresap dalam relung hati umat dan membawa pembaharuan dalam kehidupan berjemaat dan bermasyarakat.
Dalam memaknai rasa sukacita, memang kita tidak bisa menjustifikasi mana tempat yang ideal untuk merayakan Natal. Demikian pula kuantitas kehadiran sepanjang bulan Desember. Tempat dan kuantitas kehadiran, adalah relatif jika dikaitkan dengan pencerahan Natal Â
Karena sejatinya, sukacita itu bisa didapatkan saat kita merasakan getaran dan pencerahan baik dari suasananya, liturginya maupun renungan dari Khadim selaku pembawa pesan Natal. Â
Getaran dan pencerahan dalam momentum perayaan Natal akan terasa mengisi relung spiritualitas, sehingga Natal yang dihadiri tidak menjadi momen seremonial semata, sebaliknya momentum religiusitas yang menumbuhkan keimanan umat.
Sorotan sebagai Dialektika
Perayaan Natal yang dihelat sepanjang bulan Desember seringkali menjadi sorotan terkait dengan suasana kemeriahan, kemewahan dan pemborosan yang mencuat dari perayaan tersebut.
Bahkan suara kritis menilai alangkah baiknya komponen umat yang menggelar Natal di dengan biaya yang besar, punya sense of crisis pada situasi serta kehidupan saudara-saudara kita yang berkekurangan.