Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

GKST Menjadi Mimbar yang Terbuka

18 Oktober 2021   15:00 Diperbarui: 18 Oktober 2021   16:38 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GKST kini berusia 74 tahun. Doc Pri

Hari ini tanggal 18 Oktober 2021 Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) yang berkantor Sinode di Tentena Kabupaten Poso genap berusia 74 Tahun. Sebuah usia yang bisa dikatakan sangat matang dalam menjalani dinamika pelayanannya yang penuh dengan berbagai tantangan.

74 Tahun bukanlah waktu yang singkat bagi sebuah Lembaga Keumatan sebesar GKST untuk hadir di Sulawesi Tengah dalam membangun spritualitas iman lewat para  Pelayan (Pendeta) bagi banyak Jemaatnya.

Dan tentu bukan hal mudah bagi GKST untuk bisa eksis mengaktualisasikan pelayanannya di tengah kemajuan peradaban yang menuntut setiap elemen jemaat untuk juga maju dan berkembang.

Karena dalam realitasnya, disparitas (Kesenjangan) antar Jemaat di Desa dan di Kota dalam lingkup GKST menjadi sebuah keniscayaan. Disparitas yang tentu saja berdampak bagi kapasitas para Pelayan yang bertugas di wilayah pedesaan, dimana diperhadapkan dengan berbagai keterbatasan.

Maka sudah selayaknya dalam usia 74 tahun GKST lewat Majelis Sinode, Para Pendeta dan Stakeholder di Jemaat, perlu berkontemplasi terhadap keberadaan GKST dalam perannya terhadap umat dan daerah Sulawesi Tengah.

Satu hal yang menjadi bahan pencerahan adalah, bagaimana GKST lewat para Pendetanya dapat hadir di tengah jemaat dan masyarakat sebagai sebuah mimbar yang terbuka dalam berteologia sekaligus mengaktualisasikan nilai nilai religiusitas.

Bahwa hakekat mimbar terbuka dapat diartikan sebagai aksi pelayanan nyata dan luas. Dimana pesan pesan teologis bukan hanya dominan dilakukan dari atas mimbar gedung gereja pada setiap ibadah minggu atau ibadah kelompok.

Namun lebih dari pada itu pesan teologis harus dapat teraktualisasikan di ruang ruang terbuka (Publik) baik di kebun, di kolam, di sawah, di pesisir laut, di hutan, di tempat usaha, atau dimanapun anggota Jemaat beraktivitas.

Itulah ruang bersama (Together Room) yang membutuhkan sentuhan pelayanan dari para pelayan lingkup GKST.  Sentuhan yang dapat menguatkan jemaat bagaimana hidup dijalani dengan keyakinan dan penuh pengharapan dalan dimensi spritualitas yang baik dan benar.  

Menjadi mimbar yang terbuka sebagai tantangan GKST di tengah kemajuan jaman, sejatinya adalah implementasi dari karakter Initatio Christi atau mengikuti Kristus. Dimana pelayanan dan mukjizat yang dilakukan Yesus justru banyak terjadi di luar Bait Suci atau di ruang ruang publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun