Terbongkarnya kasus penggunaan alat bekas oleh oknum petugas tes antigen Kimia Farma di Bandara Kualanamu Medan, membuat kita resah dan prihatin.
Sebagaimana dilansir kompas.com, Rabu 28 April 2021 saat diinterogasi, petugas Kimia Farma mengakui bahwa alat yang digunakan untuk mengambil sampel adalah barang bekas. Atas pengakuan itu, polisi menangkap lima orang petugas rapid test antigen ke Polda Sumut.
Bukan apa apa, soalnya saya sendiri pernah melakukan rapid rest antigen di salah satu klinik Kimia Farma di Makassar pada bulan Januari 2021 lalu, saat hendak berangkat balik ke Palu via pesawat terbang.
Walau hasil pemeriksaan rapid tes antigen saat itu negatif, saya tidak punya prasangka apa apa terhadap klinik Kimia Farma. Karena saudara saya yang lain juga melakukan test antigen di tempat yang sama jika hendak keluar kota. Saya merasa aman melakukan test antigen di klinik tersebut.
Namun dengan terbongkarnya kasus di Bandara Kualanamu tersebut, tentu saja menimbulkan keraguan, bukan hanya bagi saya, tapi mungkin juga masyarakat lainnya  jika masih berkenan melakukan tes rapid antigen di klinik Kimia Farma. Terkecuali pihak Kimia Farma memberikan kepastian kasus itu tidak terjadi di Kota lain di Indonesia.
Sebagai konsumen, siapa yang tidak prihatin dengan terbongkarnya kasus alat bekas oknum  petugas Kimia Farma di Bandara Kualanamu. Alat bekas hasil test yang harusnya dibuang, ternyata digunakan kembali untuk memeriksa orang lain.
Membayangkan sakitnya lubang hidung ditusuk dengan stick usap saja sudah membuat kuatir, apalagi kalau tahu ternyata yang digunakan untuk memeriksa lubang hidung  bekas orang lain. Tentu kekuatiran bertambah karena jangan jangan alat bekas yang tidak steril justru bisa berdampak lain.
Tentu sangat keterlaluan sekali jika kondisi Pandemi Covid19 saat ini, dimanfaatkan oleh oknum oknum tidak bertanggungjawab untuk mencari keuntungan semata. Konsumen sudah membayar mahal untuk melakukan rapid test antigen, tapi ternyata konsumen disodorkan alat bekas.
Jujur saja untuk transparansi soal keberadaan alat test antigen, pihak rumah sakit (RS) layak dijadikan acuan. Terbukti saat saya melakukan pemeriksaan di RS Nasanapura Palu guna bepergian ke Jakarta baru baru ini. Setelah membayar sebesar Rp 200 ribu, saya diberikan langsung paket alat test antigen berupa stick usap dan label cassete yang masih tersegel.