Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibuku Sumber Inspirasi dan Teladan Hidup

2 Desember 2020   12:31 Diperbarui: 2 Desember 2020   12:35 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 2002, bapak tercinta tutup usia dan pergi selama lamanya meninggalkan kami sekeluarga, saat menjalankan pekerjaannya sebagai pelaut. Saya mendapat informasi soal kepergian bapak dari ibu pada malam hari.

Saat itu saya sedang bekerja di daerah yang berbeda Provinsi dengan daerah yang ibu saya tinggal. Sangat sedih saat itu ditinggal pergi oleh bapak. Sepeninggal bapak, perjalanan waktu harus dilalui oleh ibu dengan status janda, mengambil alih kepemimpinan keluarga. 

Masih ada  adik dan kemenakan yang bersekolah dan harus ditanggung biayanya. Belum lagi kebutuhan hidup sehari hari yang tentunya membutuhkan biaya besar, sementara gaji dari almarhum bapak di kantor  saat pensiun hanya terbatas jumlahnya.

Menjalankan tugas sebagai ibu sekaligus kepala keluarga bukanlah hal mudah. Mengatur kebutuhan sehari hari dengan gaji secukupnya, serta menuntun adik dan kemenakan yang masih sekolah agar bisa berjalan lancar harus diembannya.

 Ditambah lagi menjaga komunikasi dengan  anak anaknya yang lain agar bisa sukses dalam pekerjaan tetap intens dilakukannya. Semua peran ini dilakukan oleh ibunda dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan tanpa pamrih. 

Disinilah saya melihat jiwa kepemimpinan seorang ibu yang memikul tanggung jawab besar demi sebuah harmonisasi dan keutuhan keluarga. 

Bukan hanya menjaga ritme keluarga agar selalu harmonis, namun juga disertai doa yang dipanjatkannya setiap hari demi kebaikan dan kesehatan semua anak anaknya serta cucu cucunya.

Ibu tidak pernah memaksakan kehendak jika menyampaikan atau membutuhkan sesuatu pada anaknya. Jika membutuhkan dana dari saya dan saudara lain, ibu selalu menyampaikan dengan halus tanpa paksaan. Seperti misalnya. 

'Jangan marah ya nak ibu hubungi, adikmu mau bayar uang sekolah tapi masih kurang," ujarnya. 'Oh iya nanti saya bantu bu. Saya transfer sebentar," ujar saya. "Tapi masih adakah uang simpananmu nak, dipakai untuk makan," ujarnya.

Kalimat ini selalu ia sampaikan jika berkomunikasi. Inilah yang selalu membuat saya  terkesan dalam setiap komunikasi dengan ibunda tercinta. Bayangkan membutuhkan bantuan dari anaknya tapi disatu sisi tidak ingin menyusahkan anaknya. 

  • Padahal sangat wajar itu dilakukan mengingat begitu besar peran seorang ibu dalam membesarkan anaknya dari kecil hingga besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun