Ultimately, travel is all about connections - connections outside us and connections inside us. (Don George & Lisis)
"Perjalanan itu seperti candu" kata istriku yang sudah banyak kali mengunjungi kampung halaman tetapi masih terus berencana untuk kembali lagi. Seperti dia, saya pun demikian.Â
Selalu ingin mewacanakan lagi misi khusus untuk pulang ke kampung, yang tujuannya cuma 1, mengulangi sense of experience. Sebenarnya apa yang tertinggal dr sebuah perjalanan, yang membuat kita ingin terus kembali? Bagi saya, makna perjalanan itu seperti ingatan, dinamis tapi tidak pernah basi - karena bumbunya kuat.
Ada banyak hal tertinggal yang biasanya mengajak kita untuk kembali lagi. Biasanya berupa cerita tentang keakraban terhadap yang datang dan pergi, tentang keintiman dengan perjumpaan dan perpisahan, tentang meninggalkan dan ditinggalkan, serta tentang kedekatan dengan berbagai kemungkinan sekaligus ketidakmungkinan.Â
Biasanya kita akan menjumpai banyak hal di dalam diri karena berinteraksi dengan beberapa hal yang kita anggap baru. Karena pada dasarnya perjalanan merupakan penghubungan. Menghubungkan diri dengan apapun dalam diri, sekaligus yang ada di sekitar.
Yang tertinggal dari perjalanan terkadang berupa hal-hal sederhana, seperti alunan musik dari pengamen jalanan yang sempat menempel beberapa lama dan sering saya putar ulang di kepala, atau seperti aroma bumbu kacang dari sepiring sate ayam di pinggiran jalan.Â
Atau bahkan hanya sekedar bau parfum pudar yang kalah oleh bau keringat di sekujur tubuh, yang selalu tercium di sepanjang perjalanan bersamaan dengan rasa panas matahari sambil mata mencari-cari objek menarik. Ada sense of experience di situ. Kadang juga berupa antusiasme terhadap sesuatu yang terbagikan dengan orang yang bahkan tidak kita ingat namanya.
Secara tidak sengaja, pernah saya bertemu dengan beberapa orang, terlibat dalam pembicaraan yang tidak ringan, hingga di akhir pertemuan baru bertukar nama dan segera lupa. Barangkali perjalanan sangatlah rumit hingga menyisakan banyak perkara di kepala, atau sebaliknya, perjalanan itu biasa saja.
Perjalanan memang menyadarkan kita, bahwa banyak hal saling memiliki keterkaitan satu sama lain di dunia. Perjalanan mampu menghubungkan kita dengan dunia dan diri, meski penghubung ini tak jarang dibatasi oleh banyak persoalan.
Perjalanan itu kuat, hingga ia mampu membuat kita dapat menikmati "satu sendok nasi" dengan segala jenis bumbu disaat dan tempat yang berbeda, dalam pusaran waktu yang disebut ingatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H