Mohon tunggu...
Eflin Rote
Eflin Rote Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

born to be a journalist #football

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belis, Simbol Penghargaan pada Perempuan Maumere, Flores, NTT

19 Desember 2011   14:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:03 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belis atau lebih dikenal dengan istilah “mas kawin” dalam pernikahan suku-suku di Flores merupakan suatu budaya turun temurun yang sudah diwariskan nenek moyang sejak jaman dahulu. Ketika seorang wanita Flores khususnya Maumere, memasuki gerbang pernikahan, dia harus melewati tahap yang dinamakan pertunangan yang ditandai dengan pertukaran cincin. Setelah itu, pihak wanita mulai menentukan belis apa yang akan menjadi tanggung jawab keluarga laki-laki.

Belis wajib biasanya berupa, gading gajah, kuda, emas, hasil alam dan sejumlah uang. Setelah itu, keluarga dari pihak wanita akan membalas belis tersebut dengan kain tenun (sarung), babi, beras, dan makanan-makanan. Dalam budaya Maumere (salah satu kabupaten di Flores), seorang wanita dihargai dari belis yang diberikan dari sang lelaki. Besarnya belis biasanya ditentukan dari jenjang pendidikan sang wanita, kedudukan wanita dalam keluarga, latar belakang keluarga wanita dan lain-lain. Sebagai contoh, seorang wanita asli Maumere yang berpendidikan tinggi, dari keluarga terpandang, biasanya belis yang diminta lebih tinggi dari wanita yang hanya lulusan SMA. Belis yang diajukan oleh pihak wanita, kemudian akan ditawar oleh perwakilan dari pihak lelaki yang biasa disebut delegasi adat.

Pada saat rombongan pembicara belis tiba di depan rumah pihak perempuan, mereka akan mengetuk pintu sebanyak tiga kali sambil bertanya: Ina ama re' ta une, ami lema ko lohor - mama-bapak dalam rumah kami naik atau turun? Pihak perempuan akan menjawab: Uhe die dang hading (pintu terbuka, tangga terpasang).

Itu berarti keluarga membuka hati agar gadis mereka dipinang oleh pihak laki-laki. Sebelum memulai pembicaraan, para pembicara belis disuguhkan arak (moke) dan lawar bura. Lawar bura adalah sejenis kuah yang terdiri dari kelapa yang sudah dikukur dicampur dengan sedikit air panas dan ikan bakar yang sudah dirajang atau diiris kecil-kecil.

Selama proses bincang-bincang itu berlangsung, kedua pihak tidak akan dihidangkan makanan untuk makan bersama. Acara makan bersama hanya akan terjadi kalau sudah ada kesepakatan bersama antara pihak laki-laki dan perempuan tentang besarnya belis. Tanda bahwa kata sepakat sudah dicapai dapat dikenal melalui teriakkan seekor babi; babi itu akan ditikam/ ditusuk dan ketika berteriak semua orang dalam rombongan pembicaraan belis itu akan tahu bahwa sudah dicapai kata sepakat soal belis.

Selanjutnya seluruh barang bawaan dari rumah perempuan saat taser wajib dibagikan ke semua keluarga dari pihak laki-laki. Hal ini menjadi pemberitahuan awal bahwa pertunangan sudah sah dan semua keluarga bersiap-siap untuk membantu dalam proses-proses selanjutnya.

Sumber : www.inimaumere.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun